Ritual Thudong merupakan praktik hidup sederhana yang dilakukan oleh para biksu. Praktiknya meliputi tiga pertama dari Empat Kebutuhan (paccaya) yakni jubah, makanan, dan tempat berteduh.
Dilansir Access to Insight, tradisi ini sudah dilakukan selama lebih dari 2.500 tahun dan masih dijalani oleh para bhikku di berbagai negeri. Sayangnya, tidak banyak catatan terkait tradisi ini.
Di Thailand sendiri, banyak catatan kuno, religius, dan sekuler yang hancur dalam kebakaran ibu kota Ayuthaya pada 1767 M. Namun, sebelum waktu tersebut, sudah banyak bhikku Araññika (penghuni hutan).
Dalam praktiknya, para biksu menjalani kehidupan yang membuat mereka harus menghindari segala aktivitas yang berkaitan dengan unsur duniawi. Termasuk dengan menjauhi keramaian dan hidup di hutan serta mencari makanan dari rumah ke rumah.
Selain itu, para biksu juga melakukan perjalanan dengan membawa mangkuk pindapatta, payung, atau tenda. Para biksu pun hanya mengenakan pakaian dari jubah seadanya dan membawa barang secukupnya.
Tujuan pelaksanaan thudong untuk melatih kesabaran yang dianggap sebagai salah satu praktik dharma ketat. Pasalnya, mereka harus bertahan di tengah kesederhanaan dengan panas terik dan hujan.
Lebih lanjut, mereka juga hanya makan satu kali sehari dan minum seadanya. Para biksu yang menjalankan ritual thudong juga tinggal atau beristirahat di tempat seadanya.