ilustrasi sidik jari (pexels.com/cottonbro studio)
Penggunaan sidik jari sebenarnya sudah dilakukan sejak masa Babilonia kuno untuk transaksi bisnis. Sedangkan bangsa China menggunakan sidik jari untuk bisnis dan identifikasi anak. Pada abad ke-19, seorang hakim Inggris bernama Sir William Herschel menggunakan catatan sidik jari untuk mengurangi penipuan.
Di sisi lain, dokter Skotlandia yang bekerja di Jepang bernama Henry Faulds meminta Charles Darwin melakukan sistem klasifikasi sidik jari. Charles Darwin menolak, namun meneruskan surat Faulds dan diberikan kepada Sir Francis Galton, ahli eugenika. Akhirnya Galton menerbitkan buku berjudul Fingerprints dari 8.000 sampel sidik jari.
Dari buku yang terbit pada 1892 tersebut, diuraikan sistem klasifikasi sidik jari. Sistem klasifikasi tersebut berdasarkan arch (busur), loop (lengkungan) dan whorl (pusaran). Dimana, ketiga pola tersebut dibagi lagi menjadi beberapa macam.