Menurut utas yang diposting di media sosial X oleh akun @marufins, 36 jam pasca gempa pertama, BMKG mendeteksi lebih dari 180 gempa susulan. Adapun titik-titiknya terkonsentrasi di bidang seluas 30 x 15 kilometer persegi yang terletak di dasar laut.
Marufin Sudibyo sendiri adalah Peneliti di Badan Pengelola Geopark Nasional Karangsambung, Karangbolong yang kerap menulis mengenai astronomi, kebumian hingga kebencanaan.
"Posisi sumber itu sekitr 40 kilometer dari Pulau Bawean. Sebagai gempa bumi tektonik, bidang 30 x 15 kilometer persegi itulah yang terpatahkan dan melenting mendatar dengan besarnya pergeseran rata-rata satu meter. Peristiwa inilah yang menyebabkan Gempa Bawean 2024 dan melepaskan energi setara Gempa Yogya 2006," tulis akun The Ekliptika Institute.
Sumber gempa menurutnya berhimpitan dengan Sesar Muria. Sesar Muria yang ada di laut ini berbeda dengan sesar aktif Muria yang ada di daratan Semenjung Muria, yang dikatalogkan dalam Peta Sesar Aktif Indonesia 2017 dari Pusat Studi Gempa Bumi Nasional.
Adapun ujung timur laut Sesar Muria laut bersambungan dengan sesar West 15. Sementara ujung barat dayanya menghilang sekitar 30 kilometer di lepas pantai utara Rembang.
Tapi di darat, ia tersambung dengan sesar aktif Pati, sesar lain yang turut mewarnai dinamika daratan Semenanjung Muria.
Dari total panjang 100 kilometer itu, 30 kilometer di antaranya terpatahkan oleh Gempa Bawean 2024. Peristiwa ini menjadi bukti bahwa Sesar Muria tergolong sebagai sesar aktif.
"Meski demikian, dengan posisinya yang sangat jauh terhadap sumber tekanan tektonik di pulau Jawa (yakni zona subduksi di pesisir selatan Pulau Jawa), aktivitas sesar Muria (Laut) mungkin jauh lebih rendah ketimbang sesar-sesar sejenis di daratan Pulau Jawa. Konsekuensinya, ia lebih jarang melepaskan gempa kuat alias memiliki waktu perulangan kejadian gempa yg lebih lama ketimbang saudara-saudaranya di daratan Pulau Jawa," jelas @marufins.