ilustrasi biawak (pexels.com/silas)
Seperti dijelaskan sebelumnya, biawak cenderung melarikan diri jika memungkinkan. Biawak bukan tipe hewan yang akan menghadapi binatan lain atau bahkan manusia. Oleh karena itu, usahakan memberi jarak aman agar biawak dapat kabur sendiri ketika ada di dekatmu.
Ketika terancam dan bisa kabur, biawak umumnya lari secepat kilat dan bersembunyi di tempat terdekat yang menurutnya aman. Misalnya, lubang di celah bangunan atau kubangan air.
Namun, jika sangat terancam dan tidak dapat kabur, biawak juga membela diri, lho. Biawak akan mengeluarkan desisan keras seolah mengancam musuhnya. Ketika kamu atau hewan lain mendekat, biawak akan mencambukkan ekornya untuk membuatmu menjauh.
FYI, ekor biawak sangat kuat, lho. Tidak seperti cicak atau iguana yang dapat memutuskan ekornya, ekor biawak justru tidak akan patah. Ekornya dapat memukul musuh beberapa kali. Namun, meski konon tidak terlalu menyakitkan, ini tetap dapat memicu nyeri.
Ketika cambukannya tidak berhasil menghadang musuh, barulah biawak bertindak lebih jauh untuk mempertahankan diri. Saat musuh makin mendekat atau bahkan berusaha memegang, biawak akan mengeluarkan senjata pamungkasnya, yakni gigitan.
Meski giginya cenderung pendek dan tumpul, gigitannya cukup kuat sehingga meninggalkan rasa sakit yang mendalam. Belum lagi cakarnya yang tajam dan panjang di ujung jari mampu memicu luka terbuka di kulit. Untuk itu, hati-hati, ya!