ilustrasi kucing bersedih (pexels.com/cottonbro studio)
Dilansir Morris Animal Foundation, yang telah melakukan penelitian untuk menentukan apakah kucing mengalami kesedihan berdasarkan perilaku mereka. Setiap gejala kesedihan dianalisis secara terpisah, mulai dari tingkat kasih sayang hingga reaksi mereka terhadap yang sudah meninggal. Informasi ini dikumpulkan dari 279 pemilik hewan peliharaan dan pengamatan mereka.
Sebanyak 97% kucing menunjukkan peningkatan kasih sayang setelah kehilangan orang yang mereka cintai. Dari jumlah tersebut, 22% menjadi lebih memerlukan perhatian, termasuk usaha untuk berada sesering mungkin dekat dengan pemilik hewan peliharaan yang masih hidup.
Kucing meningkatkan tingkat vokalisasi setelah kehilangan teman. Mereka tidak hanya melakukannya lebih sering, tetapi volume suaranya juga lebih keras daripada biasanya. Mereka kembali ke pola suara normal setelah sekitar dua bulan.
Dalam penelitian, agresi terbukti menjadi salah satu tanda stres yang paling nyata pada kucing. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika setelah kehilangan orang yang dicintai, kucing menunjukkan peningkatan tingkat agresi terhadap hewan peliharaan lain di rumah. Variabel yang tidak dapat dikendalikan dalam studi ini adalah apakah agresi tersebut disebabkan oleh persaingan untuk status sosial, perilaku teritorial, atau reaksi terhadap kematian orang yang mereka cintai.
Dalam penelitian tersebut, 63% dari kucing menunjukkan perubahan dalam perilaku teritorial, di mana 50% dari kucing mencari area favorit tempat yang disukai oleh orang yang mereka cintai. Biasanya kucing kembali normal dalam kurun waktu sekitar dua bulan.