Asal-usul Berbagi Amplop Lebaran, Kapan Mulai Dilakukan?

Idul Fitri terasa istimewa, terlebih bagi anak-anak. Bagaimana tidak, momen ini menjadi kesempatan untuk bersilaturahmi dengan saudara yang tak pernah jumpa. Tak hanya bersalam-salaman, mereka yang lebih tua kerap kali menyelipkan amplop berisi uang saku kepada anak-anak. Tentunya menyenangkan, bukan?
Erat dengan momen Idul Fitri, bagaimana asal-usul berbagi amplop Lebaran ini dimulai? Ada berbagai pendapat terkait awal munculnya budaya tersebut di Indonesia. Salah satunya adalah hasil akulturasi dengan budaya lain. Begini penjelasannya.
Asal-usul berbagi amplop Lebaran
Konon, tradisi memberikan uang saku saat Lebaran dimula pada awal Abad Pertengahan. Pada masa itu, kekhalifahan Fatimiyah di Afrika Utara membagikan uang, pakaian, atau permen kepada rakyatnya pada hari pertama Idul Fitri.
Tradisi tersebut berlangsung hingga akhir era Ottoman atau sekitar 5 abad kemudian. Akan tetapi, kebiasaan ini mengalami sedikit perubahan. Bukan lagi pemberian ke rakyat, tetapi lebih seperti hadiah kepada keluarga.
Sementara itu, tradisi memberikan uang kepada sanak-saudara saat Lebaran merupakan bagian dari praktik sosial untuk memperkuat persaudaraan. Dalam Islam, ini juga menjadi wujud nilai kedermawanan.
Lantas, bagaimana tradisi tersebut bisa masuk ke Indonesia? Sayangnya, tidak ditemukan catatan sejarah mengenai pemberian angpau Lebaran di Indonesia. Akan tetapi, ada cerita sosok kaisar yang datang ke Jawa dan memberi uang sebagai tanda tali asih, sebagaimana penjelasan Moordiati, S.S., M.Hum., menjelaskan dalam situs Universitas Airlangga.
Hal tersebut lantas berkembang dan diadopsi menjadi kebiasaan orang tua untuk memberi uang saku kepada mereka yang lebih mudah sebagai tanda kasih sayang. Lantas, kenapa dilakukan pada momen Lebaran? Nah, pada momen ini, pemberian hadiah menjadi apresiasi bagi sang anak yang telah menjalankan puasa selama sebulan lamanya.
Akan tetapi, tradisi ini lantas berubah menjadi ciri khas Lebaran. Siapa saja bisa memberikan uang saku ke mereka yang lebih muda. Beberapa bahkan orang menganggapnya sebagai kewajiban.