Ilustrasi Laut Merah yang terbelah saat Nabi Musa dikejar tentara Firaun (Vecteezy/Andres Ramos)
Dikutip dari situs The Guardian, mereka menyimpulkan bahwa angin timur yang kuat, yang bertiup semalaman, bisa saja mendorong air di laguna pesisir di Mesir utara cukup lama, sehingga Nabi Musa dan pengikutnya bisa berjalan melintasi dataran lumpur sebelum air kembali masuk, menelan Firaun.
“Simulasi ini cukup mirip dengan kisah di Alkitab. Perpecahan perairan dapat dipahami melalui dinamika fluida. Angin menggerakkan air dengan cara yang sesuai dengan hukum fisika, menciptakan jalur aman dengan air di kedua sisi dan kemudian secara tiba-tiba memungkinkan air mengalir kembali," ujar Carl Drews, penulis utama studi.
Drews yang menghabiskan waktu bertahun-tahun mempelajari kisah penyeberangan tersebut, mengandalkan penelitian sebelumnya mengenai geografi kuno daerah tersebut untuk merekonstruksi kemungkinan lokasi dan kedalaman berbagai saluran air di Sungai Nil.
Dia menggunakan simulasi komputer untuk mencoba menciptakan kembali kondisi yang mungkin telah menyapu air dan mengekspos lahan kering.
Drews mengesampingkan Laut Merah sebagai lokasinya karena membentang dari utara ke selatan yang tidak sesuai dengan deskripsi dalam kitab suci tentang angin timur yang menyapu perairan ke satu sisi.