ilustrasi era modern diberlakukannya standarisasi bahasa (unsplash.com/Jacek Dylag)
Di era modern, kekuatan politik dan kebijakan pemerintah memainkan peran krusial dalam menentukan nasib ragam bahasa melalui proses standarisasi. Melansir RSIS International, negara-negara sering kali menetapkan satu bahasa resmi untuk digunakan dalam pendidikan, hukum, dan administrasi guna menyatukan warga negara yang beragam.
Standarisasi ini memang mempermudah komunikasi nasional, tapi di sisi lain sering kali mengancam keberadaan bahasa-bahasa daerah yang lebih kecil. Banyak bahasa minoritas di dunia mulai punah karena generasi mudanya lebih memilih menggunakan bahasa standar demi peluang ekonomi dan sosial yang lebih baik.
Namun, kekuatan politik juga bisa bekerja sebaliknya, seperti upaya revitalisasi bahasa yang dilakukan oleh beberapa negara untuk menyelamatkan warisan leluhur mereka. Fakta bahwa kita sekarang memiliki bahasa-bahasa nasional yang dominan adalah hasil dari keputusan politis yang sangat panjang di masa lalu. Jadi, peta bahasa dunia saat ini tidak hanya dibentuk oleh alam, tetapi juga oleh batas-batas negara dan kepentingan politik penguasanya.
Setiap dialek dan kosa kata menyimpan sejarah, cara berpikir, serta kearifan lokal yang tidak bisa digantikan oleh teknologi penerjemah tercanggih sekalipun. Meskipun arus globalisasi cenderung mendorong penyeragaman, upaya untuk melestarikan bahasa ibu tetap menjadi tanggung jawab bersama agar kekayaan intelektual manusia tidak hilang ditelan zaman. Kita perlu melihat perbedaan bahasa bukan sebagai penghalang, melainkan sebagai bukti kecerdasan luar biasa manusia dalam beradaptasi dengan lingkungan.