Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi benua di bumi (Pexels.com/Pixabay)
Ilustrasi benua di bumi (Pexels.com/Pixabay)

Intinya sih...

  • Para ilmuwan geologi memecahkan misteri vulkanisme laut dan tektonik lempeng.

  • Mekanisme terjadi ketika benua terlepas oleh kekuatan tektonik Bumi yang tidak stabil.

  • Rantai gunung berapi dan gunung bawah laut di Samudra Hindia memberikan bukti tambahan.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Para ilmuwan geologi telah memecahkan misteri kuno tentang vulkanisme laut dan tektonik lempeng, menjelaskan mengapa beberapa pulau mengandung begitu banyak material kontinental meskipun berjarak jauh dari lempeng kontinental.

Menurut simulasi dan analisis kimia yang dipimpin oleh Universitas Southampton, mekanisme yang membingungkan ini terjadi ketika benua terlepas dari bawah oleh kekuatan tektonik Bumi yang tidak stabil, melalui gelombang mantel yang lambat dan bergulir, menurut studi yang rilis di Nature Geoscience.

Alasan yang ditemukan

Ketika lempeng benua terbelah dan berpisah, mantel atas yang panas dan mengalir sangat lambat mengikis di akar-akarnya. Material yang terkikis ini kemudian dibawa jauh, di mana ia memperkaya mantel samudra dan memicu vulkanisme selama berabad-abad.

"Kami telah mengetahui selama puluhan tahun bahwa bagian-bagian mantel di bawah lautan tampak terkontaminasi, seolah-olah potongan-potongan benua kuno berakhir di sana," jelas ilmuwan bumi Thomas Gernon dari Universitas Southampton dan penulis utama studi.

Para ilmuwan sebelumnya telah mencoba menjelaskan hal ini dengan berbagai cara. Mungkin mantel samudra terkontaminasi oleh sedimen yang didaur ulang saat kerak bumi tenggelam ke dalam mantel, sebuah proses yang disebut subduksi atau kolom batuan panas yang disebut plumes mantel, membawa material yang diperkaya saat mereka naik dari dalam Bumi menuju permukaan.

Proses-proses ini mungkin berkontribusi, tetapi tidak menjelaskan seluruh cerita, karena beberapa area yang kaya menunjukkan sedikit bukti daur ulang kerak atau aliran panas. Selain itu, pengayaan di seluruh mantel samudra tampak bervariasi, berasal dari mozaik batuan dengan usia yang berbeda-beda.

Teori pengelupasan kerak

ilustrasi benua (unsplash.com/Torsten Dederichs)

Teori gelombang mantel "pengelupasan kerak" menjelaskan proses pengayaan di mana ketika sebuah benua terpecah, hal itu memicu rantai ketidakstabilan, atau gelombang mantel yang menyapu sepanjang dasar benua pada kedalaman 150 hingga 200 kilometer (90 hingga 125 mil).

Gerakan menyapu ini mengupas benua dari bawah, di akarnya, dan dapat membawa material benua sejauh lebih dari 1.000 kilometer ke mantel samudra, menyuplai letusan vulkanik yang dapat berlangsung puluhan juta tahun.

Potongan-potongan benua tersapu ke lautan dengan kecepatan yang sejuta kali lebih lambat daripada kecepatan siput. Skala waktu yang sangat panjang ini mengartikan bahwa benua meninggalkan jejak kimia mereka jauh setelah terpisah.

Temuan tak terduga lainnya

Rantai gunung berapi dan gunung bawah laut di Samudra Hindia memberikan bukti tambahan. Rantai ini, yang pernah terletak di lepas pantai timur laut Australia, mencakup Pulau Natal dan terbentuk lebih dari 150 juta tahun yang lalu saat superbenua Gondwana terpecah.

Wilayah ini tidak menunjukkan bukti kuat adanya aliran mantel. Sebaliknya, wilayah ini menunjukkan profil vulkanisme yang diperkaya, terjadi dalam 50 juta tahun setelah pemisahan benua. Perkayaan ini berkurang secara perlahan seiring waktu, sesuai dengan prediksi model para peneliti.

Selain memecahkan misteri material konvensional di lautan dan vulkanisme tak terduga jauh dari batas tektonik, tim peneliti baru-baru ini mengungkap beberapa rahasia geosains lainnya.

Mereka menemukan bahwa gelombang mantel yang lambat dan bergulir juga dapat menyebabkan magma yang kaya akan berlian meletus dari dalam Bumi. Akhirnya, gelombang mantel yang sama dapat menyebabkan pengangkatan benua, memaksa bagian-bagian benua yang tampaknya stabil untuk naik lebih dari satu kilometer, membentuk beberapa fitur topografi terbesar di planet ini.

Editorial Team