Jangan ditiru! 5 Pengkhianat Paling Terkenal dalam Sejarah

Dalam sejarah pemerintahan dalam peradaban manusia, pasti ada saja seseorang yang tiba-tiba berpindah kubu. Tidak perlu hal pemerintahan, dalam hal terkecil pun, seperti nikung pacar teman, itu kan sudah termasuk pengkhianatan. Kalau kata Anang Hermansyah,
"Kau khianati hati ini, kau curangi aku!"
Tetapi, jangan dibandingkan! Pengkhianat-pengkhianat berikut ini bukan main liciknya. Kenapa? Karena sudah dipercaya pun, mereka dengan tega tetap mengkhianati demi keuntungan sendiri.
Jangan ditiru, ya!
1. Brutus
Kami mulai daftar ini dengan salah satu plot twist dan pengkhianatan paling terkenal dalam sejarah peradaban manusia.
Betul, tokoh tersebut adalah Brutus.
"Brutus yang musuhnya Popeye si Pelaut?"
Bukan, dong! Kalau kenal kata "Et tu, Brute?" (Kamu juga, Brutus?) Itu adalah kata-kata terakhir Julius Caesar sebelum ditusuk beramai-ramai, bahkan oleh sahabatnya sendiri, yaitu Brutus (ya, hal ini juga masih kontroversi karena beberapa sejarawan tidak menemukan bukti bahwa Caesar mengatakan ini, selain dari karya William Shakespeare).
Seluruh pengkhianatan ini berakar dari ketidaksukaan seorang jenderal Romawi bernama Gaius Cassius Longinus terhadap rekan satu angkatannya, Julius Caesar. Hal tersebut dikarenakan Caesar menaklukannya dengan cepat bersama Pompei.
Saking cepatnya, Caesar sampai menyebutnya "Veni, Vidi, Vici" (Saya datang, saya lihat, saya taklukkan).
Oleh dukungan rakyat Romawi yang besar, saat Caesar mulai naik ke tampuk kekuasaan Romawi dan menyatakan dirinya sebagai "Dictator perpetuo", raja Roma seumur hidup, Cassius mulai merasa takut.
Kemudian, Cassius menghasut teman sekaligus adik iparnya yang juga adalah jenderal Romawi, Markus Brutus, untuk merasakan kebencian yang sama terhadap Caesar.
Meskipun Brutus adalah teman Caesar juga, sebagai seorang anggota senat, ia dibebani oleh rasa takut dan tanggung jawab yang membuatnya rentan terhadap bujukan Cassius. Alhasil, Brutus setuju dengan Cassius dan ikut dalam rencana pembunuhan Julius Caesar.
Dua bulan setelah Caesar dilantik sebagai dictator perpetuo, tepatnya pada hari raya Romawi Idus Martii pada bulan Maret, para senator, termasuk Brutus, sudah merencanakan matang-matang akan membunuh Caesar.
Sebenarnya, seandainya saja Caesar mendengarkan saran para sahabat serta istrinya untuk tidak menghadiri Idus Martii bersama Senat, mungkin Caesar tidak akan terbunuh saat itu. Akan tetapi, seorang jenderal Romawi, Decimus Brutus, membujuk Caesar untuk datang agar tidak mengecewakan anggota Senat.
Setelah Caesar tiba di Teater Pompei, para anggota Senat mulai mengerumuni Caesar untuk membunuhnya. Tidak tanpa perlawanan, Caesar pun sempat memberikan perlawanan yang cukup berarti.
Sampai ia melihat Brutus di antara para pengkhianat tersebut.
"Jleb!"
Pisau-pisau pun mulai menghujam tubuh Caesar yang sudah pasrah.
Bayangkan perasaan Caesar, saat melihat sahabatnya sendiri di kerumunan para pengkhianatnya. Setelah melihat Brutus, Caesar seakan-akan kehilangan motivasi dan tidak berkutik. Sekitar 60 anggota Senat menusuk Caesar hingga 23 kali.
Alih-alih kebebasan warga Romawi, pembunuhan Julius Caesar menyebabkan kerusuhan rakyat yang amat besar. Warga Romawi terpecah-pecah karena mendukung Caesar, sehingga terjadilah perang saudara. Brutus pun melarikan diri ke Kreta.
Sistem Republik Roma runtuh dan sistem Imperial muncul sebagai gantinya, saat cucu keponakan sekaligus anak angkat Caesar, Gaius Octavius, menggantikan Caesar naik takhta sebagai Kaisar Augustus.
Selain hidup yang tidak tenang, akhir hidup Cassius dan Brutus pun tragis. Dalam Pertempuran Filipi, Augustus bersama kawan Caesar, Marcus Antonius, mengalahkan pasukan Brutus dan Cassius. Daripada ditangkap, akhirnya Cassius dan Brutus sama-sama bunuh diri.