Saat menerbangkan pesawat, pilot sangat bergantung pada Air Traffic Control (ATC). Sementara itu, petugas ATC memiliki tugas untuk berkomunikasi dan mengontrol dengan banyak pesawat sekaligus. Terlebih lagi saat cuaca buruk maka antara pilot dan ATC harus berkoordinasi dalam menentukan keputusan upaya-upaya keselamatan.
Jatuhnya Garuda Indonesia nomor penerbangan GA152 di Sibolangit, Sumatera Utara pada tahun 1997 merupakan jenis insiden Controlled Flight Into Terrain (CFIT), dimana kondisi pesawat bagus dan laik terbang tetapi menabrak daratan. Kondisi ini diungkap karena adanya miskomunikasi antara pilot dengan ATC untuk menentukan arah left atau right. Kondisi cuaca saat itu kabut tebal dengan jarak pandang hanya 600-800 meter akibat kebakaran hutan. Setelah melakukan konfirmasi dengan pihak ATC, 10 menit kemudian pesawat tersebut hilang kontak menabrak tebing. Kecelakaan tersebut menewaskan 234 orang.
Faktor di atas adalah penyebab yang paling umum terjadi. Selain 4 faktor tersebut, masih ada penyebab lainnya seperti adanya pembajakan, kondisi lintasan pesawat yang rusak, dan adanya burung yang menabrak kaca atau masuk ke baling-baling juga dapat menyebabkan kecelakaan pada pesawat. Semua faktor penyebab kecelakaan harus diminimalkan supaya menghindari semakin banyaknya insiden pesawat jatuh, tergelincir, atau meledak.