Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi kebakaran hutan
ilustrasi kebakaran hutan (pixabay.com/Gerd Altmann)

Intinya sih...

  • Kekeringan akibat perubahan iklim bisa meningkatkan risiko terjadinya kebakaran hutan.

  • Sepanjang sejarahnya, beberapa kebakaran hutan yang paling merusak disebarkan oleh kecepatan angin yang tinggi. Perubahan iklim yang membuat angin melaju lebih cepat akan membuat api menyebar dengan lebih cepat saat kebakaran terjadi.

  • Tornado api akan semakin sering terjadi akibat efek perubahan iklim yang semakin dahsyat sehingga mampu menghasilkan pola cuacanya sendiri.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Alam itu indah sekaligus mengerikan, terutama jika manusia merusaknya. Nah, kebakaran hutan menjadi salah satu contohnya. Seperti yang kamu tahu, hutan yang terbakar, apinya akan menyebar dengan sangat cepat, menghanguskan apa pun yang ada di sekitarnya.

Dalam beberapa tahun terakhir, kebakaran hutan mulai menyasar pemukiman penduduk, seperti rumah, bangunan, dan kota. Hal ini pun akan semakin memburuk akibat perubahan iklim. Perkiraan menunjukkan bahwa pada tahun 2030, kasus yang disebut kebakaran ekstrem akan meningkat sebesar 14 persen dan meningkat menjadi 30 persen pada tahun 2050.

Pada tahun 2021, National Interagency Fire Center melaporkan bahwa sepanjang tahun, 58.733 kebakaran hutan telah menghanguskan lebih dari 7,13 juta hektar lahan, dan itu hanya di Amerika Serikat. Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) juga terjadi di delapan daerah di Indonesia pada Agustus 2025, seperti yang dilaporkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Di tempat lain, The Guardian melaporkan bahwa pada Juli 2022, 1,27 juta hektar lahan dilalap api yang tersebar di seluruh Eropa. Kebakaran hutan tersebut terkait dengan suhu ekstrem dan gelombang panas, dan itu akan semakin sering terjadi.

Rupanya, para ilmuwan iklim berpendapat bahwa kerusakan lingkungan, naiknya suhu, cuaca dan pergantian musim yang tidak menentu, menjadi beberapa faktor kenapa kebakaran hutan lebih sering terjadi. Di sisi lain, para ilmuwan juga memperingatkan bahwa kebakaran hutan dan dampaknya akan semakin ekstrem. Berikut kita akan membahas fakta-faktanya.

1. Kekeringan akibat perubahan iklim meningkatkan risiko terjadinya kebakaran hutan

ilustrasi kekeringan (pixabay.com)

Dikutip Yale Climate Connections, suhu Bumi mengalami peningkatan. Jadinya, kekeringan pun menjadi lebih sering terjadi dan lebih parah. Nah, karena faktor kekeringan ini, tanah menjadi lebih kering, vegetasi lebih mudah terbakar, dan api menyebar lebih cepat dan lebih luas. Namun, tidak semua kekeringan sama.

Beberapa kondisi cuaca, seperti La Niña, mengakibatkan musim dingin yang relatif kering dan hangat. Alhasil, lahan menjadi lebih kering di musim panas dan menyebabkan potensi kebakaran hutan yang lebih sering terjadi. Selain itu, ada fenomena lain yang juga terjadi.

Saat kondisi cuaca, seperti yang dipengaruhi oleh El Niño, membuat musim dingin yang basah, hal ini juga menjadi masalah baru. Musim dingin yang basah dan musim semi dengan curah hujan yang lebih tinggi, rerumputan dan semak belukar lebih cepat tumbuh. Tapi, saat kekeringan di musim panas tiba, artinya akan ada lebih banyak vegetasi yang mengering dan pada akhirnya memicu kebakaran. Alhasil, kebakaran berpotensi lebih besar.

2. Kekeringan parah akibat perubahan iklim menciptakan lebih banyak bahan bakar

ilustrasi kebakaran semak belukar (pixabay.com/Matthias Fischer)

Kebakaran pastinya butuh bahan bakar, dong, untuk menghasilkan api. Nah, semakin banyak bahan bakar yang dimiliki, maka semakin besar dan panas apinya. Benar, kan? Yap, tapi coba kita lihat bahan bakar dan kebakaran hutan melalui kacamata perubahan iklim. Inilah yang menurut NASA terjadi. Pasalnya, bukan hanya masalah kekeringan biasa, tetapi megadrought.

Jadi, apa itu megadrought? Sebagaimana yang dikutip Smithsonian Magazine, megadrought adalah periode kekeringan parah yang berlangsung selama lebih dari 20 tahun. Para ilmuwan iklim memprediksi bahwa kita mungkin sedang menuju ke periode tersebut.

Megadrought sendiri pernah terjadi sebelumnya. Diyakini bahwa salah satu peristiwa megadrought ini pernah menciptakan peristiwa yang disebut penelantaran massal permukiman tebing Anasazi. Kekeringan ekstrem seperti itulah yang merusak lingkungan dan berdampak pada manusia.

Megadrought terakhir terjadi pada akhir tahun 1500-an. Beberapa model iklim saat ini menunjukkan bahwa kemungkinan terjadinya megadrought sebelum tahun 2100 adalah sekitar 90 persen. Apa artinya itu bagi kebakaran hutan? Nah, inilah yang menjadi bahan bakarnya.

Namun, ada sisi positifnya juga, nih. Ben Cook dari Goddard Institute for Space Studies mengatakan bahwa jika megadrought berlangsung selama beberapa dekade, maka semua pohon dan vegetasi yang biasanya memicu kebakaran hutan akan punah. Tanpa ada yang bisa dibakar, kebakaran hutan tidak akan terjadi.

3. Salju di musim dingin mencair lebih awal akibat perubahan iklim

ilustrasi salju mencair (pixabay.com/Joshua Woroniecki)

Pada tahun 2019, para peneliti dari Portland State University menerbitkan temuan studi iklim di jurnal Nature Communications (2019) berjudul "Forest Fires Accelerating Snowmelt Across Western US". Mereka menemukan bahwa kebakaran hutan ekstrem yang terjadi di wilayah barat AS justru menyebabkan salju musim dingin mencair lebih awal dari biasanya atau lima hari lebih cepat. Nah, dampaknya pun terlihat hingga 15 tahun setelah kebakaran. Hah, kok bisa? Para peneliti mengungkapkan bahwa hal itu terjadi karena kerusakan hutan dan pembentukan jelaga serta abu hitam yang meningkatkan paparan sinar matahari pada salju.

Mereka juga mengatakan bahwa salju ini membentuk kebakaran hutan di masa depan. Nah, salju yang mencair lebih awal berkat perubahan iklim, dapat menyebabkan kebakaran yang lebih besar dan lebih lama. Kebakaran tersebut kemudian berdampak balik pada salju itu sendiri, membuat salju mencair lebih awal. Inilah yang menyebabkan lebih banyak kebakaran.

National Geographic mengatakan bahwa karena perubahan iklim pula, salju pun terbentuk lebih lambat. Hal ini membuat vegetasi mengering, yang membuat musim kebakaran hutan yang lebih panjang dan lebih banyak kebakaran.

4. Kelembapan dan kebakaran hutan saling berpengaruh

ilustrasi pengukur suhu (pixabay.com)

Sebenarnya, ada banyak variabel yang memengaruhi kebakaran hutan, termasuk kelembapan. National Geographic mengkaji hubungan antara suhu dan kelembapan. Lalu menjelaskan bagaimana keduanya berinteraksi untuk memengaruhi kebakaran hutan.

Pertama, secara global, rata-rata suhu Bumi meningkat sekitar 1 derajat Celsius sejak Revolusi Industri tahun 1800-an. Di beberapa daerah AS, seperti California, suhu meningkat hampir dua kali lipatnya. Hal ini memengaruhi vapor pressure deficit atau defisit tekanan uap, yang merupakan ukuran selisih antara jumlah air yang ditampung udara dan jumlah air yang dapat ditampung udara.

Di sisi lain, udara panas menyerap kelembapan dari segala sesuatunya, mulai dari danau, sungai hingga vegetasi. Nah, jika semakin panas udaranya, maka semakin banyak air yang dapat ditampung udara. Skala ini juga bisa dibilang tidak seimbang. Yap, semakin panas udaranya, maka jumlah air yang dapat ditampungnya pun meningkat secara eksponensial.

Dengan kata lain, adanya perubahan suhu, maka adanya peningkatan besar dalam penyerapan udara bagi lingkungan. Jika hal ini berlangsung terlalu lama, dampaknya dapat diukur dari kekeringan vegetasi. Artinya, lebih banyak bahan bakar untuk menciptakan kebakaran hutan.

5. Pembatas api alami tidak lagi berfungsi sebagaimana mestinya

potret Pegunungan Sierra (pixabay.com/Pexels)

Pada tahun 2021, media melaporkan kebakaran hutan yang melanda California, AS. Kebakaran tersebut menghanguskan puluhan ribu hektar lahan. Dilansir Los Angeles Times, kebakaran tersebut juga menyebar ke tempat-tempat yang sebelumnya dianggap aman. Kenapa api menyebar lebih cepat dan lebih luas?

Ketua dari Menteri Kehutanan dan Perlindungan Kebakaran California, Thom Porter, mengatakan bahwa Kebakaran Dixie dan Kebakaran Caldor membakar habis semuanya dari satu sisi Pegunungan Sierra ke sisi lainnya. Dan ini belum pernah terjadi sebelumnya. "Ada aktivitas kebakaran yang terjadi di California yang belum pernah kita lihat sebelumnya."

Juru bicara dari Cal Fire menjelaskan bahwa kebakaran hutan parah ini terjadi akibat kekeringan dan perubahan iklim. Pegunungan Sierra juga bukan satu-satunya tempat di mana kebakaran terjadi. Di atas cekungan Tahoe terdapat punggungan granit yang berperan sebagai penghalang api untuk memperlambat penyebaran kebakaran hutan, nyatanya tidak berfungsi seperti sebelumnya.

Selain hamparan granit yang luas, punggungan ini juga ditutupi oleh pohon cemara yang juga ikut terbakar. Angin pun membawa bara api jauh melewati penghalang tersebut dan api pun masuk ke wilayah komunitas-komunitas di Tahoe, banyak di antaranya terdiri dari bangunan-bangunan yang terbuat dari kayu.

6. Sulitnya mendapatkan air membuat upaya pengendalian kebakaran hutan semakin sulit

helikopter mencoba memadamkan api (pixabay.com)

Perubahan iklim memengaruhi kebakaran hutan dengan efek domino yang tak terduga. Ternyata, salju bisa, lho, dimanfaatkan untuk memprediksi pola cuaca dan seberapa sehat sumber daya air. Nah, dengan adanya perubahan iklim yang merusak salju dan mencairnya salju, para ilmuwan pun mencari tahu apa dampaknya.

Salah satu fenomena yang sudah para ilmuwan amati adalah kekurangan air. Dikutip LiveScience, hal itu memungkinkan kebakaran hutan menyebar lebih jauh karena petugas pemadam kebakaran kesulitan menemukan sumber air untuk memadamkannya.

Salah satu cara utama petugas pemadam kebakaran memadamkan kebakaran hutan adalah dari udara. Yap, helikopter membawa tangki air besar dengan air yang diambil dari danau, waduk, dan sumber air lainnya, lalu menyemprotkannya ke api. Namun, petugas pemadam kebakaran udara harus pergi lebih jauh untuk menemukan sumber air. Hal ini tentu saja membuat pekerjaan menjadi lebih sulit.

Nah, dengan kekurangan air akibat perubahan iklim ini, pemadam kebakaran pun jadi lebih lama menangani kebakaran hutan. Menurut penelitian dari UCLA, kebakaran juga menyebabkan berkurangnya semak belukar, sehingga ketika hujan turun, tanah longsor dan erosi dahsyat akan lebih sering terjadi. Ini terjadi seiring dengan penurunan kualitas air dan pergeseran pola limpasan air.

7. Meningkatnya kecepatan angin akibat perubahan iklim menyebabkan api menyebar lebih cepat dan lebih luas

ilustrasi kebakaran (pixabay.com/Patou Ricard)

Kecepatan angin di atas 16 kilometer per jam dianggap bisa menimbulkan masalah. Sepanjang sejarahnya, beberapa kebakaran hutan yang paling merusak disebarkan oleh kecepatan angin yang tinggi. Pertanyaan, apakah perubahan iklim meningkatkan kecepatan angin? Tentu saja!

Pada tahun 2019, Scientific American melaporkan sebuah studi yang menunjukkan bahwa kecepatan angin telah meningkat sekitar 6 persen sejak tahun 2010. Kemudian, pada tahun 2021, Columbia Climate School melaporkan sebuah studi menarik tentang pengembangan metode untuk mempelajari pola angin di zaman purba dengan menganalisis debu dalam sampel yang diambil dari sedimen laut dalam. Studi ini memungkinkan para ilmuwan untuk kembali ke 5 juta tahun yang lalu. Mereka pun bisa membandingkan angin pada zaman itu dengan angin yang terjadi sekarang, dan menemukan bahwa kecepatan angin memang mengalami perubahan.

Lalu apa hubungannya dengan kebakaran hutan? Menurut penelitian yang dipublikasikan melalui ScienceDirect, laju penyebaran api meningkat 10 persen. Itu berarti, angin yang lebih kencang akan membuat api menyebar dengan lebih cepat.

8. Perubahan iklim membuat api dari kebakaran hutan semakin panas

ilustrasi kebakaran hutan (pixabay.com/Kirsten Mang)

Pada tahun 2022, Eropa mengalami musim kebakaran hutan terburuk sejak 2017. Masalahnya bukan hanya banyaknya kebakaran atau kebakaran yang lebih besar, tetapi kebakaran yang lebih intens. Kebakaran tersebut bisa dibilang semakin panas.

Pada tahun 2019, Scientific American memasang kamera di tengah kebakaran hutan untuk menangkap beberapa gambar, yang setelah dilihat sangatlah mengerikan. Kebakaran itu mencapai suhu sekitar 74 derajat Celcius. Nah, suhu itu rupanya cukup panas untuk mengremasi makhluk hidup.

9. Langit menjadi merah

ilustrasi kebakaran hutan (pixabay.com/Faruk Hosen)

Kamu pasti pernah melihat foto dan video kebakaran hutan yang membuat langit berubah menjadi warna merah seperti neraka. Hal ini pernah terjadi pada kebakaran hutan di Jambi pada 2019, kebakaran hutan di Australia pada 2020, dan kebakaran hutan di Los Angeles pada 2025. Pertanyaannya, kenapa hal ini bisa terjadi?

Kebakaran hutan yang membakar area semak belukar yang lembap, vegetasinya memiliki kelembapan yang membuat kebakaran jadi sulit dipadamkan. Akibatnya, semak akan terbakar sebelum pohon terbakar. Namun, kebakaran ini tidak akan berlangsung lama.

Di sisi lain, akibat perubahan iklim, bahan bakar (semak belukar) menjadi semakin kering. Alhasil, kebakaran menjadi lebih intens dan tingkat keparahan kebakaran jadi lebih tinggi. Ditambah lagi suhu yang meningkat dan kekeringan membuat pepohonan lebih mudah terbakar, dan kebakaran hutan akan menyebar lebih luas. Itu berarti, api akan semakin sulit dipadamkan, dikendalikan, dan menimbulkan kerusakan yang jauh lebih besar. Akibatnya, asap dan jelaga yang dihasilkan pun membuat langit menjadi merah.

10. Akibat perubahan iklim, kebakaran hutan akan sering menciptakan badai api dan tornado api

potret tornado api (commons.wikimedia.org/Jan van Rooyen)

Penampakan tornado api pernah terlihat dalam kebakaran di Los Angeles pada Januari 2025. Tentu saja, hal semacam ini akan lebih sering terjadi di masa depan. Tepat sekali, perubahan iklim menjadi salah satu faktornya.

Tornado api akan semakin sering terjadi akibat efek perubahan iklim yang semakin dahsyat sehingga mampu menghasilkan pola cuacanya sendiri. Sistem atau pola cuaca tersebut mencakup awan pirokumulonimbus. Seperti yang NASA bilang, awan tebal ini menyemburkan api.

Awan dan badai api semacam ini memiliki ketinggian hingga 9 kilometer. Awan api ini memuntahkan petir. Nah, ketika angin bertiup kencang, awan api dan petir ini dapat berubah menjadi tornado api. Tornado api cenderung relatif rendah dan hanya bertahan sebentar, tetapi kecepatan tertingginya bisa mencapai 220 kilometer per jam, lho, dan bisa menyapu bersih apa pun yang dilewatinya.

11. Perubahan iklim membuat pohon-pohon tua mati dan memperburuk kebakaran hutan

ilustrasi pohon mati (commons.wikimedia.org/Carlos Galisteo)

Pernah berjalan menyusuri hutan dengan pohon-pohon tuanya? Jika pernah, pasti kamu kagum banget, kan, dengan keindahan alamnya. Namun, kenyataan pahit harus kita terima. Dikutip National Geographic, sejak sekitar tahun 2014, jutaan pohon mati secara massal. Di dataran tinggi, sekitar 80 persen pohon mati hanya dalam beberapa tahun. Jumlahnya mencapai lebih dari 150 juta pohon yang mati.

Kematian pohon-pohon tua ini diakibatkan oleh kekeringan parah. Para peneliti dari Universitas Utah menemukan bahwa pohon-pohon tua mati ini punya sifat destruktif jika terjadi kebakaran hutan. Ditambah lagi, kebakaran juga melepaskan berton-ton karbon dioksida ke atmosfer.

Nah, itulah salah satu gas rumah kaca yang menyebabkan banyak masalah. Smithsonian Magazine menjelaskan bahwa hutan baru (pohon-pohon yang berumur lebih muda) tidak memiliki kapasitas penyimpanan karbon seperti pohon-pohon tua. Jadi sama seperti perubahan iklim yang memperburuk kebakaran hutan, kebakaran hutan juga memperburuk perubahan iklim.

12. Musim kebakaran hutan semakin panjang

ilustrasi kebakaran hutan (pixabay.com/Enrique)

Dahulu, musim kebakaran hutan berlangsung selama 4 bulan, mulai dari akhir musim panas hingga awal musim gugur. Namun, akibat perubahan iklim, hal itu tidak lagi terjadi. Menurut Menteri Kehutanan AS, musim kebakaran hutan kini berlangsung sekitar 8 bulan. Apakah akan semakin parah? Mungkin! Karena itulah yang terjadi di dunia kita saat ini. Kebakaran hutan yang digambarkan sebagai megafire atau yang menghanguskan lebih dari 100.000 hektar, hampir sering terjadi saat ini.

Perubahan iklim memiliki dampak yang signifikan bagi lini kehidupan. Kebakaran hutan ternyata juga terdampak akibat perubahan iklim. Nah, saat kamu tahu fakta ini, semoga kamu semakin peduli tentang isu perubahan iklim, ya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team