Banjir yang terjadi belakangan membuat kita kembali menilik statement kepala negara yang terlontar pada rencana pemerintah pada periode pembangunan nasional 2025–2029, Desember 2024 lalu mengenai pohon sawit. Isu ini memancing diskusi baru, terutama karena banjir yang belakangan melanda beberapa daerah di barat Indonesia ikut menguatkan rasa ingin tahu soal bagaimana perubahan tutupan lahan mempengaruhi siklus lingkungan.
Banyak orang jadi bertanya apakah benar sawit bisa menggantikan peran hutan dalam menyerap karbon dioksida dan menjaga fungsi ekosistem? Sebab dalam pernyataan yang diucapkan pada Desember tahun 2024, sawit dianggap “sama-sama pohon” jadi masyarakat tak perlu takut dengan adanya deforestasi. Dari pertanyaan itu wajar kalau publik kini ingin tahu mengenai perbedaan kemampuan masing-masing vegetasi dan kebenaran apakah sawit bisa menggantikan peran hutan sebagai penyerap karbon dioksida. Berikut penjelasan yang lebih rinci.
