ilustrasi buah kepel (commons.m.wikimedia.org)
Meski masih rare dan belum tergolong bahaya punah, tumbuhan buah kepel bisa berubah status menjadi vulnerable alias rawan. Kondisi tersebut semakin berbahaya jika gak ada upaya penanaman dan pelestarian tumbuhan buah kepel. Perbanyakan tanaman ini secara generatif maupun vegetatif harus dilakukan.
Selama ini, penanaman tanaman buah kepel masih mengutamakan cara generatif, dengan persemaian biji yang membutuhkan waktu lama. Untuk berkecambah, biji kepel
memerlukan waktu sekitar 4-6 bulan tanpa perlakuan khusus. Adapun masa juvenil berlangsung 6-9 tahun, melansir National Parks Singapore. Masa juvenil merupakan fase perkembangan tanaman mulai dari biji hingga menjadi tanaman dewasa dan akhirnya bisa berbunga.
Usaha pengembangbiakan secara vegetatif juga dilakukan. Sedihnya, upaya perbanyakan dengan stek dan pelapisan udara dilaporkan gak berhasil. Bibit yang tumbuh juga sangat lambat. Tumbuhan mungkin gak menunjukkan pertumbuhan yang jelas selama 10 bulan pertama.
Untuk terus mempertahankan tumbuhan buah kepel, koleksi materi genetik kepel telah dilakukan dari dua sebaran di Jawa Tengah, yakni Karanganyar dan Magelang. Selanjutnya tumbuhan ditanam dalam plot konservasi ex situ yang berada di kawasan Mangunan, Kabupaten Bantul dengan area seluas 3,2 hektare.
Selain itu, upaya pelestarian pohon kepel secara ex situ juga dilakukan di Kebun Raya Purwodadi (KRP). Sejak tahun 1965, KRP telah mengoleksi enam nomor tanaman hidup yang berasal dari hasil eksplorasi di Jawa Timur, yaitu dari Pasuruan dan Malang.
Itulah, ulasan mengenai buah kepel yang menarik untuk diketahui. Gimana, tertarik mencoba buah kepel?