Selain China dengan Maya dan Inggris dengan Dolly, Amerika Serikat (AS) juga pernah mengklona hewan. Pada 2020, ilmuwan dari organisasi Revive & Restore mengklona musang kaki hitam (Mustela nigripes) dan kuda Przewalski (Equus przewalskii). Saat ini, mereka tengah berusaha mengklona merpati penumpang (Ectopistes migratorius).
"Klona adalah sarana yang luput dari penggunaan. Pada masa depan, ini bisa jadi sumber kehidupan satwa yang langka atau punah," kata kepala peneliti Revive & Restore, Ben Novak, kepada Live Science.
Menurut Ben, klona menjaga kadar diversifikasi genetik spesies. Jika hewan klona berkembang biak dengan hewan non-klona, spesies yang terancam punah bisa beradaptasi dengan faktor yang mendorong mereka ke jurang kepunahan.
Dari kasus Maya, klona bisa digunakan dengan program pembiakan di penangkaran, terutama menggunakan inang pengganti dari spesies lain. Daripada mengambil hewan liar, ilmuwan bisa mengambil sampel genetik dari hewan liar dan menciptakan klona di laboratorium dengan inang pengganti yang sudah siap.
"Untuk satwa mamalia, dua spesies harus memiliki leluhur yang serupa kurang dari 5 juta tahun lalu agar kehamilan pengganti bisa sukses. Ini membuka kemungkinan membangkitkan spesies punah dengan spesies pengganti yang berkerabat dekat," kata Ben.
kuda Przewalski/Equus przewalskii (wikimedia.org)
Sayangnya, ada beberapa kekurangan dari metode klona. Tak semua satwa bisa diklona. Dengan teknik SCNT, Ben mengatakan bahwa baru satwa mamalia, ikan, amfibi, dan satu spesies serangga yang bisa diklona. Untuk burung, reptil, dan mamalia bertelur (seperti platipus), SCNT tak berhasil karena telur tak terbentuk dengan benar.
Selain itu, klona memiliki tingkat keberhasilan yang rendah dibanding inseminasi buatan atau fertilisasi in vitro. Dalam kasus Maya, perlu lebih dari 100 embrio, berkurang jadi lebih puluhan, dan lebih dari 1 inang pengganti. Hasilnya, hanya satu inang pengganti yang berhasil melahirkan Maya.
Hal ini menyebabkan masalah lain: biaya. Karena mahal, organisasi seperti Sinogene atau Revive & Restore bisa berperan penting dalam pelestarian melalui klona. Sepanjang sejarah, klona memang dilakukan oleh instansi yang sebenarnya tidak memiliki dana cukup.
"Kerja sama perusahaan swasta dengan program penangkaran satwa adalah kunci mengubah klona dari teknik yang sering diacuhkan menjadi sarana konservasi yang berharga," ujar Ben.