ilustrasi daerah aliran sungai (pexels.com/Baskin Creative Co.)
Pemulihan daerah aliran sungai (DAS) dimulai dari hulu dengan melakukan rehabilitasi hutan. Penanaman kembali pohon lokal, perlindungan kawasan lindung, dan pembatasan pembukaan lahan jadi kunci untuk mengembalikan kemampuan tanah menyerap air. Ketika vegetasi kembali tumbuh, proses infiltrasi meningkat dan risiko banjir serta longsor dapat ditekan. Inilah langkah dasar yang paling sering dilakukan pada DAS yang sudah mengalami kerusakan berat.
Tahap berikutnya adalah mengendalikan erosi dan sedimentasi yang membuat sungai menjadi dangkal. Langkah ini dilakukan dengan membuat terasering, bangunan pengendali sedimen, hingga pemulihan vegetasi di bantaran sungai. Pengawasan terhadap industri dan limbah juga tidak kalah penting. Tanpa kontrol yang ketat, limbah cair maupun padat bisa memperparah kerusakan sungai dan merusak kualitas air yang dibutuhkan untuk kebutuhan rumah tangga hingga pertanian.
Pemulihan DAS juga membutuhkan pendekatan sosial. Revitalisasi sungai harus dibarengi dengan edukasi publik agar masyarakat memahami pentingnya menjaga ekosistem air. Kolaborasi antara komunitas lokal, pemerintah, dan warga setempat menjadi fondasi keberhasilan jangka panjang. Ketika semua pihak terlibat, pemulihan DAS tidak hanya menjadi proyek teknis, tetapi gerakan bersama untuk memulihkan keseimbangan lingkungan.
Kerusakan daerah aliran sungai bukan cuma soal lingkungan yang berubah, tapi juga masa depan yang ikut terancam. Ketika banjir makin sering, tanah makin rentan longsor, dan sumber air bersih terus menurun, pada akhirnya manusialah yang paling dirugikan. Upaya pemulihan DAS memang membutuhkan waktu dan kolaborasi banyak pihak, tapi manfaat jangka panjangnya jauh lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan. Jadi, kalau kita bisa mulai dari langkah kecil seperti menanam pohon atau menjaga kebersihan sungai, kenapa harus menunggu lebih lama?