bintang ular di atas bintang laut (commons.wikimedia.org/NOAA Ocean Exploration)
Penelitian ini menemukan kalau bintang ular belajar lewat asosiasi. Jenis pembelajaran ini disebut pengondisian klasik atau classical conditioning. Mereka belajar dengan mengasosiasikan beberapa rangsangan yang berbeda.
Contoh paling populer dari pengondisian klasik ini ditunjukkan oleh eksperimen Pavlov terhadap anjing. Menurut laman ZME Science, eksperimen anjing Pavlov menunjukkan kalau anjing yang dilatih untuk diberi makan saat bel berbunyi akan otomatis mengeluarkan air liur saat mendengar suara bel. Kamu sendiri juga mengalami hal ini, lho.
Kamu sudah familier dengan suara notifikasi HP-mu karena berulang kali mendengarnya. Kalau mendengar suara notifikasi HP orang lain dengan nada yang sama, kamu akan refleks tanpa berpikir menyalakan HP-mu. Kamu mengharapkan ada pemberitahuan pesan atau semacamnya. Hal ini karena kamu mengasosiasikan suara notifikasi HP dengan adanya potensi pesan masuk.
Pengondisian klasik sendiri sudah pernah terbukti pada bintang laut. Namun, pembelajaran ini belum pernah diuji sebelumnya pada kelompok hewan, seperti bintang ular, bulu babi, sampai teripang, yang juga sama-sama jenis Echinodermata seperti bintang ular. Itu sebabnya, penelitian ini jadi langkah awal untuk mengetahui bagaimana hewan yang gak punya sistem saraf terpusat atau otak bisa belajar dan merespons lingkungannya.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan kalau ukuran dan ada atau tidaknya otak gak jadi satu-satunya penentu kemampuan suatu organisme untuk belajar dan beradaptasi dengan lingkungannya. Bintang ular sudah mengubah pemahaman kita. Mereka tetap bisa belajar dan bertahan hidup meski tanpa otak.