ilustrasi (Unsplash.com/Adrien Olichon)
Peristiwa pertumpahan darah ini diawali dari Mr. WVCh Ploegman yang mengibarkan bendera Belanda tanpa izin Pemerintah RI Daerah Surabaya, di tiang Hotel Yamato pada 19 September 1945.
Hal tersebut kemudian diketahui oleh para pemuda Surabaya dan menjadi pemicu kemarahan di mana Belanda dianggap telah menghina negara, ingin mengembalikan kekuasan kembali di Indonesia, dan melecehkan gerakan pengibaran bendera Merah Putih yang sedang berlangsung di Surabaya.
Residen Soedirman mendatangi Hotel Yamato tempat mereka mengibarkan bendera tersebut untuk berdiskusi dengan pimpinan sekutu, Ploegman, agar bendera diturunkan dan tidak terjadi keributan.
Namun diskusi tidak berjalan lancar dan Ploegman menolak untuk menurunkan benderanya. Ploegman mengeluarkan pistol, membuat perkelahian antara kedua belah pihak tidak dapat dihindari.
Di tengah keributan tersebut, Ploegman meninggal dunia karena dicekik oleh pengawal Soedirman yaitu Sidik. Namun, Sidik juga tewas karena tentara Belanda yang sedang bertugas saat itu.
Soedirman beserta pengawalnya yang lain berhasil menghindari insiden tersebut dan segera keluar dari hotel untuk mengamankan situasi.
Tapi beberapa pemuda di Surabaya terlihat langsung menaiki Hotel Yamato dan segera merobek bendera Belanda yang berwarna merah, putih, biru tersebut, menyisakan bagian merah dan putih saja.