gambar kapal kora-kora khas Maluku yang sering digunakan mengangkut komoditas perdagangan (tetanggaexhibition.com/Atlas Blaeu van Der Ham/Johannes Vingboons 1665-1668)
Menurut catatan Anthony Reid dalam buku Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680 Jilid II, cengkih merupakan salah satu komoditas utama dalam perdagangan antar benua. Ia mencatat dalam bukunya, sejak sekitar tahun 1400-an ekspor rempah-rempah termasuk cengkih Maluku ke China dan Eropa mengalami kenaikan secara perlahan tapi pasti hingga satu abad kemudian. Sayangnya, tidak ada grafik atau tabel rinci mengenai jumlah ekspor setiap masa panen di sana.
Terdapat catatan serta grafik sistematik mengenai jumlah ekspor cengkih Maluku ke Eropa periode 1400-1680. Analisa berdasarkan grafik menunjukkan bahwa cengkih merupakan komoditas rempah yang paling banyak diekspor dari pada pala dan bunga pala. Periode 1400-1500 jumlah ekspornya perlahan mengalami kenaikan yang signifikan karena kondisi jalur perdagangan serta situasi politik setempat masih stabil. Kemudian, sesaat setelah tahun 1500, tepatnya setelah kedatangan Portugis, jumlah ekspor cengkih menurun drastis akibat peperangan, perompakan, dan situasi politik di Maluku yang sedang kacau.
Puncak ekspor cengkih secara besar-besaran terjadi pada tahun 1620. Hal ini tak lepas dari pengaruh monopoli perdagangan rempah VOC di Maluku. Eropa kala itu sangat membutuhkan jenis rempah tersebut hingga terjadi persaingan ketat antar perusahaan maupun negara untuk dikirim ke Eropa. VOC melihat dan memanfaatkan peluang tersebut dengan baik sehingga mereka bisa mengirim cengkih dalam jumlah yang lebih banyak serta harga yang tinggi. Namun, kesempatan emas itu tidak berlangsung lama.
Pada tahun 1650-1660 produksi cengkih di Maluku mengalami penurunan sehingga mereka tidak bisa memenuhi seluruh permintaan di Eropa. Mengatasi kondisi semacam itu, VOC bersikeras memaksa penduduk Ambon dan sekitarnya untuk menanam cengkih lebih banyak. Usaha itu membuahkan hasil. Produksinya meningkat kembali antara tahun 1670-1690. Sayangnya, di Eropa sana sudah ada pemasok cengkih dari luar Maluku sehingga jumlah ekspornya menurun kembali meski mereka sudah menurunkan harga jual.