ilustrasi tukang foto dengan kamera klasik (Pixabay.com/AlLes)
Salah satu catatan menyebutkan, keputusasaan Ibnu Haitsam tidak mampu membuat konstruksi di Sungai Nil adalah pengalaman observasinya melihat sisa-sisa bangunan Mesir Kuno yang hebat di tepi sungai. Dia beralasan bahwa jika memang konstruksi mengatur aliran air Sungai Nil bisa dilakukan, maka ini telah dikerjakan oleh generasi sebelumnya.
Alasan Ibnu Haytham pura-pura gila juga untuk menghindari kemarahan Khalifah al-Hakim. Dalam peraturan kerajaan, orang gila tidak akan memikul tanggung jawab atas kegagalannya. Ibnu Haitsam kemudian dipenjara dalam rumah tapi tetap mendapat pelindungan dari penjaga. Dijelaskan dalam History of Islam, di dalam tahanan rumah itulah teori optik modern ditemukan dan dituliskan.
Suatu hari, dia melihat cahaya bersinar melalui lubang kecil yang masuk ke kamarnya yang gelap. Dari lubang itu, dia juga bisa melihat dunia luar karena diterangi oleh sinar matahari. Dari percobaan berulang, dia akhirnya menyimpulkan bahwa sinar matahari merambat dalam garis lurus dan penglihatan tercapai ketika sinar ini masuk ke mata.
Temuan itu masih dilanjutkan dengan eksperimen lain di kamar gelap (al-Bait al-Mudhlim), yang diterjemahkan dalam bahasa Latin sebagai camera obscura. Dalam ruangan yang gelap, lubang kecil pada satu dindingnya dipasangi lensa positif (cembung).
Ini bisa memproyeksikan gambaran lingkungan luar ke dalam ruangan gelap tersebut. Teori camera obscura inilah yang jadi dasar dibuatnya kamera awal. Lensa yang semakin canggih ditemukan, yang mana membuat kamera bisa dijejalkan di ponsel yang merekam hasil proyeksi gambar digital seperti yang saat ini umum ditemui.
Ibnu Haitsam adalah seorang sarjana Islam yang pernah pura-pura gila untuk menghindari hukuman dari kemarahan Khalifah al-Hakim. Namun di balik fakta tersebut, ia merupakan ilmuwan genius yang berpengaruh dalam perkembangan ilmu optik modern.