potret pasangan ikan katak berambut (commons.wikimedia.org/Christian Gloor)
Sebenarnya, tak ada informasi resmi soal kapan musim kawin atau keberadaan ritual kawin tertentu dari spesies ikan katak ini. Meski begitu, saat pasangan ikan katak berambut terbentuk, jantan dan betina akan berenang bersama menuju lokasi yang sesuai untuk bereproduksi. Saat memproduksi telur di dalam tubuh, betina biasanya akan membesar hingga dua kali lipat ukuran normal. Sebab, dalam 1 musim kawin, ikan ini diketahui bisa menghasilkan hingga 180 ribu telur!
Setelah waktunya pembuahan, ikan katak berambut betina dan jantan akan sama-sama berenang menuju permukaan laut. Dilansir Florida Museum, betina akan mengeluarkan semacam lendir yang melapisi telur mereka. Nah, lendir ini dapat membuat telur yang dikeluarkan betina jadi mengambang di atas permukaan air sebelum akhirnya akan dibuahi oleh jantan. Seiring masa inkubasi, telur-telur ikan katak berambut akan tenggelam ke dasar laut sebelum akhirnya akan menetas di sana dengan bentuk yang sudah menyerupai ikan katak berambut dewasa.
Ada satu fakta menarik dan mengerikan seputar sistem reproduksi ikan ini. Mereka memiliki dimorfisme seksual, jadi betina tumbuh lebih besar dari jantan. Perbedaan ukuran itu bisa menjadi malapetaka bagi jantan. Sebab, jika ukuran jantan jauh lebih kecil dari betina, tak jarang usai proses pembuahan selesai, si betina akan melahap pejantan tersebut, dilansir Critter Science.
Besarnya peta persebaran dan jumlah telur dalam siklus reproduksi ikan katak berambut membuat populasi mereka terbilang sangat aman dan stabil. Jumlah individu secara pastinya belum bisa dipastikan, tetapi IUCN Red List melabeli ikan ini dalam kategori kekhawatiran rendah (Least Concern). Oh, ya, mereka bukan spesies ikan predator puncak di habitat alami karena ikan katak berambut memiliki beberapa predator yang memburu mereka, semisal belut moray (armang), ikan kalajengking, ikan kadal, hingga kanibalisme dari ikan katak berambut lain.