Sebetulnya, tidak ada kaitan langsung antara kriogenik dengan proses membangkitkan orang mati seperti yang sering dihebohkan oleh media. Kebanyakan berita mengenai kebangkitan orang mati melalui kriogenik lebih sering dibesar-besarkan oleh jurnalis yang mungkin saja tidak paham akan sains.
Namun, bukan berarti para ilmuwan skeptis akan hal ini. Jurnal sains yang diterbitkan oleh NCBI berjudul Spending Eternity in Liquid Nitrogen menyatakan bahwa mengawetkan organisme yang telah mati dalam teknologi kriogenik bisa dilakukan secara teori, bukan hanya organisme seperti hewan mamalia, melainkan juga bisa mengawetkan dengan baik manusia yang telah meninggal.
Hal ini lantas memunculkan sebuah pandangan dan paradigma baru mengenai kriogenik. Cabang ilmu fisika ini seolah-olah sudah dijadikan tumpuan dan harapan untuk membangkitkan mereka yang mati di masa depan. Pandangan ini mengundang banyak perdebatan, di antaranya perdebatan mengenai kematian itu sendiri.
Sebagian kalangan ilmuwan percaya bahwa manusia yang divonis dokter telah meninggal, pada dasarnya ia belum mengalami kematian absolut. Bagi pandangan ilmuwan ini, kematian manusia di awal-awal waktunya hanya melibatkan kematian respons tubuh terhadap kerja otak. Dengan kata lain, pada menit-menit awal orang meninggal, otak orang tersebut masih aktif dan dapat dibangkitkan kembali.
Namun, kebanyakan kalangan ilmuwan dan akademisi menganggap bahwa pandangan tersebut adalah pandangan yang gila. Membangkitkan orang mati di masa depan, meskipun hanya bagian otaknya saja, merupakan sebuah tindakan yang menyalahi kodrat dan kemanusiaan itu sendiri. Namun, kita tak akan pernah tahu apa yang terjadi di masa depan, bukan?