10 Fakta Ini Sebut Wabah Zombie Mustahil Ada Menurut Sains

Sejarah makhluk zombie pertama kali di tercatat dalam cerita rakyat Haiti yang erat kaitannya dengan perbudakan dan sihir. Dimana, saat masa kolonialisme Perancis abad ke-17 dan ke-18, perbudakan yang kejam umum terjadi di Saint-Dominigue, Haiti.

Dilansir BBC, di masa tersebut kematian budak lazim terjadi. Akibat kejadian tersebut seorang dukun jahat dalam kepercaan Voodoo atau yang dapat disebut juga sebagai bokor memanfaatkan hal itu untuk seolah-olah menghidupkan kembali korban dan memperbudak mayat hidup dengan cara-cara nekromatis dan mistis.

Jadi, zombie pada mulanya merupakan representasi dari sebuah perbudakan yang keji dipadukan dengan kepercayaan mistis. Sehingga dapat dikatakan, zombie menurut sejarah sangat berbeda dengan zombie yang kita kenal saat ini.

Sebelumnya kita telah mengetahui bahwa zombie berasal dari kepercayaan rakyat Haiti. Namun, kita pasti akan bertanya-tanya bagaimana genre fiksi zombie bisa menjadi terkenal hingga dapat membuat orang khawatir akan wabah zombie seperti sekarang?

Sejarah itu berawal dari pendudukan Amerika Serikat atas Haiti pada tahun 1915. Dikutip dari BBC, Amerika masuk untuk "memodernisasi" sebuah negara yang mereka anggap terbelakang, tetapi malah pulang membawa takhayul "primitif" ini. Film zombie paling awal, White Zombie, muncul pada tahun 1932, tepat di akhir pendudukan Amerika di Haiti.

Sejak saat itu film-film zombie mulai bermunculan. Pada tahun 1968, genre fiksi zombie mulai memperoleh penggemar setia sejak rilisnya film Night of the Living Dead. Sampai pada dekade 1980-an puluhan film zombie pun dibuat. Hingga di era 2000-an film zombie mulai mengadopsi ide-ide tentang penyakit, virus, parasit, pathogen, radiasi, dan kecelakaan ilmiah.

Berdasarkan dari cerita dan kisah zombie di era modern, wabah zombie muncul disebabkan karena virus, penyakit, parasit, radiasi, atau berbagai insiden ilmiah lainnya. Sebagai contoh, dalam film 28 Days Later, wabah zombie merebak di Inggris disebabkan karena tersebarnya Rage Virus yang ditularkan dari simpanse.

Sebuah penyakit atau virus yang menyebabkan kita menjadi agresif, pemarah, dan kecaduan daging. Namun, adakah virus atau penyakit semacam itu di dunia nyata? Hingga saat ini tidak ada virus atau penyakit semacam itu. Seorang ahli mikrobiologi yang berbasis di Toronto, Amanda Veri, pun mengatakan, ”kiamat zombie sangat tidak mungkin,” dikutip dari cbc.ca.

Insiden ilmiah seperti radiasi pun juga sama sekali tidak dapat menyebabkan wabah zombie. Dikutip abc.net, radiasi nuklir yang menyebakan sifat pelepasan elektron (pengion) merusak sel dan jaringan kita. Ketika itu terjadi dalam molekul DNA, hal tersebut menyebabkan mutasi yang mengakibatkan kanker. Jadi yang mungkin itu kanker, ya, guys! Bukan zombie!

Sampai di sini mungkin sebagian para pecinta zombie akan mulai mengatakan penyakit semacam rabies atau penyakit sapi gila bisa saja bermutasi atau di rekayasa genetik dan mengubah manusia menjadi zombie.  Benarkah itu bisa terjadi? Jika ya, kemungkinan seperti itu akan sangat kecil terjadi, bahkan mustahil.

Seorang ahli virologi di Fakultas Kedokteran Militer Universitas Miami di Florida, Samita Andreansky, mengatakan bahwa, “secara teoritis mungkin, meskipun sangat sulit untuk membuat virus rabies-influenza hibrida menggunakan teknik rekayasa genetika modern.”

Namun, di akhir penjelasannya Andreansky menambahkan, “tetapi (alam) tidak mengizinkan semua hal ini terjadi pada saat yang bersamaan. Kemungkinan besar Anda akan terkena virus dan kemudian mati."

Nah, jika di masa yang akan datang sebuah penyakit misterius secara ajaib muncul dan mengubah manusia menjadi zombie yang haus darah, lalu, bagaimana penyakit itu bisa menyebar? Menurut kebanyakan film zombie, penyebaran wabah zombie dapat terjadi jika zombie menggigit manusia dan menyebarkan penyakit itu melalui luka terbuka dan aliran darah.

Penyebaran penyakit semacam itu tidaklah efisien. Zombie harus terlebih dahulu mengejar dan menggigit manusia hingga ke daging. Zombie yang lamban dan ceroboh tidak akan dapat menyebarkan penyakitnya. Manusia sehat dengan akalnya pun akan berupaya semaksimal mungkin untuk melawan dan menggunakan 1001 cara untuk menaklukan kawanan zombie.

Ditambah intervensi negara dan militer akan dengan cepat memusnahkan gerombolan zombie dengan berbagai jenis macam senjata mematikan. Penyebaran wabah tersebut pun juga dapat dengan segera diatasi dengan lockdown secara ekstrim dengan bantuan intervensi militer tentunya.

Di dunia nyata, manusia bertahan dari berbagai kondisi iklim yang ekstrim. Kelembaban dan suhu ektrim terkadang dapat membunuh manusia jika manusia tidak mampu memproteksi dirinya sendiri. Manusia dapat bertahan dari tantangan itu karena manusia dapat memanfaatkan pakaian, tempat tinggal, dan alat lainnya.

Tetapi, bagaimana dengan zombie? Zombie dapat musnah dengan sendirinya karena suhu dan kelebaban bumi. Cuaca bumi yang tak henti-hentinya akan memusnahkan banyak zombie dalam banyak cara. Panas dan kelembaban tinggi mempercepat pembusukan daging zombie. Panas kering gurun akan membakar zombie menjadi kering dalam hitungan jam.

Musim dingin akan menyebabkan tulang zombie menjadi lebih rapuh. Bahkan, pukulan atau sandungan dapat membuat sistem kerangka mereka benar-benar hancur. Belum lagi tantangan yang disebabkan oleh sinar ultraviolet, angin topan, hujan petir, hujan es, dan tumpukan salju yang akan membuat zombie musnah dengan sendirinya.

Selain cuaca, tantangan yang harus dihadapi zombie adalah hewan karnivora yang buas dan liar. Jika wabah zombie merebak, sepertinya manusia akan mulai kelaparan karena kekacauan sosial. Hewan peliharaan macam anjing atau kucing sehat juga akan mengalami kondisi serupa.

Hewan-hewan itu akan melakukan apa saja untuk bertahan hidup, bahkan jika itu berarti harus menggigit dan memakan zombie yang pada dasarnya adalah kantong daging berjalan. Belum lagi ditambah serangan dari hewan predator kelas atas, seperti anjing liar, serigala, hyena, harimau, singa, rubah, beruang, dan hewan sejenisnya.

Bahkan, hewan yang lebih kecil seperti tikus, rakun, dan posum juga akan dengan senang hati mengunyah daging zombie yang berjalan tanpa arah jika diberi kesempatan. Bahkan, zombie juga bisa memakan satu sama lain karena kondisi kelaparan yang begitu mengerikan.

Manusia yang mengalami luka akan dapat dengan sembuh dengan sendirinya. Hal itu dikarenakan manusia memiliki jaringan tubuh yang dapat beregenerasi. Namun, bagaimana dengan zombie? Zombie tentu tidak dapat menyembuhkan luka-lukanya.

Jadi, bisa dikatakan luka pada zombie permanen karena makhluk itu tidak memiliki metabolisme seperti manusia. Kulit zombie yang robek tidak akan sembuh; malah menjadi semakin lebar dari hari ke hari. Saat daging terus membelah, tulang akan terlihat. Akhirnya lipatan daging terakhir yang terkulai jatuh ke tanah. Hingga zombie pun tak berdaya karena lukanya sendiri.

Seperti yang telah dibahas di awal, kombinasi antara kelembaban dan cuaca yang panas dapat menyebabkan pembusukan pada daging dan tubuh zombie yang tidak memiliki metabolisme sempurna. Pembusukan tersebut juga menjadi tempat perkembang biakan yang ideal bagi serangga dan bakteri.

Saat zombie mulai membusuk, jaringan lunak mata mereka akan menjadi salah satu organ pertama yang hancur; membuat zombie tidak dapat melihat dan buta, Gendang telinga mereka juga akan melengkung dan robek kemudian jatuh compang-camping, seperti halnya sistem indera mereka yang lain.

Dengan pembusukan zombie yang sedemikian parah dan mengerikan, gerombolan zombie pun tak ubahnya seperti sampah organik berjalan.

Di samping tantangan mengerikan yang akan menimpa zombie, pada akhirnya zombie juga akan musnah dengan sendirinya karena sistem pencernaannya. Musibah ini akan mendera zombie yang agresif dan dapat memeangsa banyak korbannya.

Dilansir howstuffworks.com, karena begitu sedikit organ tubuh zombie yang bekerja, ada kemungkinan besar daging yang mereka makan akan menemui jalan buntu di kerongkongan. Saat zombie memakan lebih banyak daging, gumpalan makanan kenyal yang tidak tercerna hanya akan berfermentasi hingga menghasilkan gas hasil pembusukan dan terakumlasi hingga akhirnya meledak melalui dinding perut zombie.

Beberapa fakta ilmiah ini cukup kuat untuk menyangkal kemungkinan eksistensi zombie di dunia nyata. Jadi, wabah zombie yang kita saksikan di dalam film-film itu benar-benar hanya fiksi belaka, ya, guys!