"Kami tahu bahwa dunia tidak lagi sama.
Beberapa orang tertawa, beberapa orang menangis, kebanyakan orang diam.
Saya ingat kalimat dari kitab suci Hindu, Bhagavad Gita. Wisnu sedang mencoba untuk meyakinkan pangeran bahwa dia harus melakukan tugasnya, dan untuk membuatnya terkesan, ia mengambil bentuk yang punya beberapa tangan dan berkata,
'Sekarang saya menjadi kematian, perusak dunia.'
Saya rasa kami semua berpikir seperti itu, bagaimanapun caranya," tutur Oppenheimer.
Pesan ini disampaikan oleh Oppenheimer setelah uji coba bom pertama yang berhasil. Melihat raut wajahnya yang tampaknya tidak memiliki ekspresi, kita pun bertanya-tanya. Apakah ia menyesali penemuannya? Mengutip Kids, Oppenheimer dan rekannya sangat kecewa dengan pengeboman Nagasaki karena mereka merasa bom kedua tidak diperlukan dilihat dari sudut pandang militer.
Tanggal 17 Agustus, Oppenheimer melakukan perjalanan ke Washington untuk menyerahkan surat kepada Menteri Perang Henry L. Stimson. Surat ini mengekspresikan rasa kejijikan Oppenheimer dan keinginannya agar senjata nuklir dilarang.
Saat wawancara dengan Presiden Harry S. Truman pada Oktober 1945, Oppenheimer mengatakan bahwa dia merasa memiliki 'darah di tangannya'. Tentunya, hal ini merujuk pada masyarakat tak bersalah yang nyawanya direnggut bom atom. Mendengar hal ini, Presiden Truman marah dan langsung mengakhiri pertemuan.