Hampir Menjadi Perang Nuklir, Inilah 8 Fakta Krisis Suez

Situasi dunia kembali diselimuti ketegangan pada akhir Oktober 1956, seolah perang besar akan terjadi lagi. Rupanya telah terjadi konflik bersenjata setelah Mesir menasionalisasi Terusan Suez yang dilanjutkan dengan invasi Israel ke wilayah Mesir di Sinai.
Krisis Suez berkembang dari ketegangan diplomasi hingga akhirnya berubah menjadi konflik bersenjata. Negara-negara adidaya perlahan menunjukkan keterlibatannya dalam Krisis Suez. Keterlibatan yang sangat berpotensi untuk membuat Krisis Suez berubah menjadi Perang Dunia III, bahkan yang lebih buruk lagi adalah perang nuklir.
Tidak heran jika pada saat itu dunia menjadi heboh dan khawatir jika Krisis Suez terus berlangsung. Penasaran dengan kisah lengkapnya? Berikut ini 8 fakta dari Krisis Suez.
1. Buah dari perubahan politik Mesir
Pasca Perang Dunia II berakhir, Mesir mengalami perubahan politik yang besar. Setelah merdeka dari Britania Raya pada 1922, Kerajaan Mesir menjadi kaki tangan bagi kepentingan Britania Raya, terutama untuk melindungi Terusan Suez yang sangat penting bagi perekonomian Britania Raya, bahkan Eropa. Britania Raya juga menempatkan pasukannya di sana.
Hingga akhirnya pada 23 Juli 1952, politik dalam negeri Kerajaan Mesir memanas seiring dengan munculnya revolusi untuk menurunkan Raja Farouk I yang pada saat itu merupakan Raja Mesir. Revolusi tersebut berkaitan dengan penolakan hadirnya negara Israel. Raja Farouk I dianggap gagal untuk mencegah pembentukan Israel.
Mengutip dari Britannica, akibat dari revolusi tersebut, Kerajaan Mesir berubah menjadi Republik Mesir dan Raja Farouk I diasingkan. Pada 1954, Gamal Abdul Nasser naik menjadi Presiden Mesir menggantikan Muhammad Naguib.
Pandangan politik Mesir sangat jelas ketika kepemimpinan Presiden Nasser, menolak kehadiran Israel dan menghentikan pengaruh Britania Raya dari Mesir.