ilustrasi gurita (unsplash.com/Diane Picchiottino)
Proses penetasan telur gurita tidaklah cepat. Tergantung pada spesies dan suhu air, telur bisa menetas dalam waktu dua hingga delapan bulan. Selama periode ini, telur harus berada di lingkungan yang stabil dan aman.
Itulah mengapa peran induk sangat penting. Sedikit gangguan dari luar bisa mengganggu perkembangan janin gurita. Begitu menetas, bayi gurita harus langsung bisa berenang dan bertahan sendiri karena induknya sudah mati atau dalam kondisi sekarat.
Bayi gurita ini sangat kecil dan rapuh. Mereka akan menghabiskan hari-hari awal di permukaan laut, mengikuti arus, dan belajar bertahan hidup. Hanya sebagian kecil yang bisa tumbuh dewasa, karena banyak yang menjadi mangsa hewan laut lainnya.
Reproduksi gurita adalah salah satu contoh betapa alam punya caranya sendiri dalam menciptakan keseimbangan. Proses yang terlihat tragis sebenarnya menyimpan nilai biologis yang luar biasa. Meski hidup mereka singkat, gurita meninggalkan warisan besar pada generasi berikutnya.
Kisah hidup mereka mengajarkan tentang pengorbanan, kesetiaan, dan keajaiban alam. Dari kawin jarak jauh, induk yang berpuasa demi telur, hingga bayi-bayi mungil yang harus bertahan sendiri, semuanya menyatu dalam satu siklus hidup yang memukau.