Menjelang akhir dekade 90-an, Soeharto mulai membuka ladang korupsi besar-besaran kepada para kroninya. Seperti yang dikutip dari laman Business Week, kontrak, subsidi, dan seluruh perusahaan negara juga mulai diserahkan kepada anggota keluarganya.
Namun pada Juli 1997, ekonomi Asia benar-benar runtuh. Tidak ada yang aman saat itu, termasuk Soeharto. Satu tahun setelahnya, ketika inflasi semakin parah, para mahasiswa mulai turun ke jalan-jalan untuk menuntut perubahan.
Alih-alih mengawasi, tentara yang dikirim untuk mengamankan demo tersebut justru menembak mati empat mahasiswa Universitas Trisakti. Menanggapi pembunuhan tersebut, masyarakat pun ikut turun ke jalan dan memulai kerusuhan di seluruh Jakarta dan kota-kota besar di seluruh Indonesia.
Selama dua hari, warga membakar dan menjarah toko-toko hingga pemiliknya nyaris tidak bisa menyelamatkan diri. Para oknum pun memanfaatkan momen ini untuk menyerang dan membunuh etnis Tionghoa, bahkan memperkosa setiap perempuan Tionghoa yang mereka temukan.
Sudah semestinya jika kerusuhan ini menjadi akhir dari nasib Soeharto. Ketika jumlah korban yang mati melebihi seribu orang, para pendukungnya pun mulai meninggalkannya. Akhirnya, 10 hari setelah kerusuhan pertama di Jakarta, diktator ini terpaksa mundur dari jabatannya.
Dalam upacara yang disiarkan singkat di televisi, ia memindahkan kekuasaannya kepada wakilnya, B.J. Habibie dan keluar dari dunia politik. Era reformasi pun dimulai. New York Times bahkan menyebutnya sebagai akhir dari salah satu kediktatoran terpanjang dan paling berdarah dalam sejarah modern.
Nah, itu tadi tujuh peristiwa mengerikan yang terjadi selama Orde Baru. Terlepas dari berbagai kebijakan represifnya, tampaknya masih banyak orang Indonesia yang terus menghormati Soeharto dan merindukan Orde baru sampai hari ini.