Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
potret pelanduk kancil jantan
potret pelanduk kancil jantan (commons.wikimedia.org/Wich’yanan L)

Intinya sih...

  • Pelanduk kancil hanya ditemukan di Asia Tenggara dan sedikit Asia Timur, terutama di kawasan hutan hujan tropis, hutan pegunungan, rawa, hutan bakau, sabana yang lembab, padang rumput.

  • Dimorfisme seksual antara jantan dan betina terdapat pada gigi taring dan ukuran tubuh. Mereka juga memiliki batas wilayah sendiri dan perilaku soliter.

  • Pelanduk kancil menggunakan indera penciuman dan pengelihatan yang tajam untuk mendeteksi predator. Mereka juga memiliki kebiasaan unik dalam menghindari serangan predator.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Mamalia berkuku atau ungulata (superordo Ungulata) punya ciri khas ujung kaki dengan kuku yang keras dan dimanfaatkan untuk berjalan. Ada sekitar 242 spesies mamalia berkuku yang tersebar di seluruh dunia dan biasanya ukuran mereka terbilang besar. Namun, ada satu spesies ungulata dengan gelar sebagai yang paling kecil bernama pelanduk kancil (Tragulus kanchil). Bayangkan saja, mereka hanya tubuh sepanjang 37—56 cm, tinggi 25—30 cm, dan bobot 1,3—2,4 kg. Artinya, ukuran ungulata ini tidak lebih besar kalau dibandingkan kelinci.

Sementara itu, penampilan pelanduk kancil dapat diidentifikasi dengan rambut berwarna cokelat kemerahan pada bagian punggung dan putih pada bagian perut. Kepala mereka tidak ditumbuhi tanduk dan terdapat tiga garis putih yang khas di sekitaran leher. Ada beberapa hal menarik dari pelanduk kancil yang akan kita ungkap tuntas pada kesempatan kali ini. Jadi, kalau mau kenalan dengan ungulata terkecil di dunia, yuk, langsung gulir layarmu ke bawah!

1. Peta persebaran, habitat, dan makanan favorit

ilustrasi peta persebaran pelanduk kancil (commons.wikimedia.org/PhnomPencil)

Pelanduk kancil merupakan ungulata yang hanya ditemukan di Asia Tenggara dan sedikit Asia Timur. Spesifiknya, mamalia kecil ini berada di sekitaran Vietnam, Kamboja, Thailand, Singapura, Malaysia, Indonesia (Sumatra dan Kalimantan), Brunei, dan selatan China, dilansir Zoo Taiping. Di sepanjang peta persebaran, pelanduk kancil banyak ditemukan di kawasan hutan hujan tropis, hutan pegunungan, rawa, hutan bakau, sabana yang lembab, padang rumput, dan dalam kasus tertentu datang ke lahan pertanian atau perkebunan manusia. Ketinggian habitat yang paling sesuai untuk mereka adalah 600 meter di atas permukaan laut.

Pastinya, pelanduk kancil tergolong herbivor sejati. Pilihan makanan mereka mulai dari rumput, daun, akar, tunas tanaman, buah-buahan, sampai dengan jamur. Hewan ini tergolong diurnal sehingga aktivitas lebih banyak berlangsung selama Matahari terbit. Lebih spesifik lagi, mereka paling aktif pada pagi hari, sekitar pukul 05.00—10.00 waktu setempat, dan menjelang matahari terbenam, sekitar pukul 15.00—18.00 waktu setempat. Dalam satu hari, pelanduk kancil berkeliling dengan jarak sekitar 550 meter demi mencari makanan.

2. Dimorfisme seksual dan perilaku pelanduk kancil

Pelanduk kancil tergolong hewan soliter yang sangat waspada dengan sekitar. (commons.wikimedia.org/Christoph Moning)

Sama seperti kebanyakan spesies ungulata lain, ada dimorfisme seksual atau perbedaan ciri fisik antara pelanduk kancil jantan dengan betina. Ecology Asia melansir kalau hanya jantan yang menumbuhkan gigi taring pada bagian atas yang terlihat seperti gigi vampir dan dimanfaatkan untuk mempertahankan diri atau bertarung dengan sesama. Selain itu, jantan turut memproduksi kelenjar aroma khusus guna menandai wilayah dan menarik perhatian lawan jenis.

Sementara itu, meski tidak memiliki gigi taring yang khas itu, betina ternyata punya ukuran lebih besar ketimbang jantan. Kelenjar yang sama pun sebenarnya juga dimiliki betina, hanya saja ukurannya jauh lebih kecil dari jantan, sampai sangat sulit untuk diidentifikasi keberadaannya. Soal perilaku, secara umum mamalia kecil ini tergolong sebagai hewan soliter.

Baik pelanduk kancil jantan maupun betina punya batas wilayah sendiri dan mereka rutin menandakan batas wilayah tersebut. Menariknya, batas wilayah antara jantan dan betina lebih banyak tumpang tindih yang menunjukkan kemudahan akses antar lawan jenis untuk bertemu. Namun, batas wilayah pada sesama jantan atau sesama betina itu sangat jelas dan masing-masing individu tidak menolerir kehadiran individu lain yang sejenis.

3. Sederet cara melarikan diri dari predator

pelanduk kancil yang sedang minum (commons.wikimedia.org/Julien Renoult)

Tinggal di hutan dan punya ukuran relatif kecil membuat pelanduk kancil terancam bahaya dari berbagai sisi. Mereka sangat rentan untuk diburu banyak predator, baik ketika masih kecil maupun saat sudah dewasa. Untuk itu, ungulata yang satu ini jelas perlu banyak solusi untuk meloloskan diri dari predator, baik dengan memanfaatkan kemampuan fisik ataupun mengandalkan perilaku atau adaptasi tertentu.

Indera penciuman tajam dan pengelihatan dengan jangkauan yang luas jadi senjata utama bagi pelanduk kancil untuk mendeteksi keberadaan predator. Selain itu, kaki mereka dapat berlari dengan lincah di tengah lebatnya vegetasi hutan. Nah, soal perilaku, mereka punya kebiasaan unik. Ultimate Ungulate melansir kalau pelanduk kancil awalnya akan diam di tempat bak sedang membeku saat merasa ada predator mendekat. Kalau si predator tetap mendekat, mereka mulai menghantam-hantamkan kaki depan secara cepat dan berulang sebagai bentuk intimidasi pada si predator. Jika cara-cara itu tidak berhasil juga, barulah mamalia berkuku ini mengambil langkah seribu menuju celah pohon, lubang, ataupun gua yang bisa diakses untuk bersembunyi.

4. Sistem reproduksi

Pelanduk kancil adalah salah satu mamalia dengan siklus reproduksi yang sangat cepat. (commons.wikimedia.org/Julien Renoult)

Tidak ada musim kawin yang pasti bagi pelanduk kancil karena mereka dapat kawin kapan saja sepanjang waktu. Malahan, siklus reproduksi mereka jadi salah satu yang tercepat karena betina sudah bisa melahirkan setiap 4,5 bulan sekali. Baik jantan maupun betina akan berganti pasangan setiap siklus reproduksi, tetapi tidak diketahui apakah ada ritual kawin khusus selain pencarian pasangan lewat kelenjar bau khas spesies ini.

Kemudian, setelah kawin, betina akan mengandung selama 140—177 hari. Dilansir Animalia, jumlah anak yang dilahirkan dalam satu siklus itu hanya seekor, tetapi mengingat kecepatan siklus reproduksi, dalam setahun induk pelanduk kancil dapat melahirkan 2—3 ekor anak. Anak mamalia ini akan selalu berada dalam pengawasan induk selama 21 hari pertama. Setelah itu, anak pelanduk kancil tumbuh dengan cepat sampai-sampai sudah matang secara seksual padad usia 125 hari untuk betina dan 166 hari untuk jantan. Di alam liar, spesies ungulata ini dapat hidup sampai usia 12 tahun, lho.

5. Status konservasi

pelanduk kecil kadang berkonflik dengan manusia (commons.wikimedia.org/รัชพงศ์ ดีมาก)

Menyadur IUCN Red List, saat ini status konservasi pelanduk kancil masih tergolong hewan dengan risiko rendah (Least Concern). Namun, tidak ada catatan soal berapa jumlah individu maupun tren populasi dari spesies ini mengingat habitat yang sulit dijamah dan perilaku malu dari hewan ini. Diduga kuat kalau populasi pelanduk kancil sedang dalam ancaman seiring dengan pembukaan lahan hutan secara besar-besaran di sepanjang peta persebaran mereka.

Selain itu, IUCN Red List turut menyebut kalau pelanduk kancil terancam oleh perburuan dari manusia untuk memperoleh daging ataupun predator asing yang diperkenalkan manusia. Perburuan terhadap spesies ini terjadi karena mereka tak jarang berkonflik dengan petani karena mencuri tanaman di kebun atau lahan pertanian. Konflik inilah yang melatarbelakangi salah satu cerita rakyat paling populer di sekitaran Asia Tenggara, yaitu Si Kancil.

Berukuran kecil bukan berarti membuat pelanduk kancil jadi target yang mudah untuk diburu. Kelincahan dan kewaspadaan yang tinggi jadi modal mamalia ini untuk bertahan dari serangan predator ataupun kejaran manusia. Tanpa itu semua, kombinasi antara perburuan dan kerusakan alam mungkin saja merusak populasi hewan ini dengan cepat. Duh, semoga saja pelanduk kancil tetap lestari, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team