Mengenal Quagga, Jenis Zebra Punah yang Coba Dihidupkan Kembali  

Zebra terdiri dari tiga spesies utama. Ada zebra Grévy atau zebra imperial (Equus grevyi), zebra dataran atau plains zebra (Equus quagga), dan zebra gunung (Equus zebra).

Nah, quagga sempat dianggap sebagai spesies zebra selain tiga tadi. Namun, setelah analisis DNA, diketahui kalau quagga merupakan salah satu subspesies dari zebra dataran. Hewan ini pun mendapatkan nama ilmiah E. q. quagga.

Kalau quagga masih ada, mereka pasti sangat mudah dikenali. Sepintas, mereka mirip percampuran kuda dan zebra. Tubuhnya berwarna cokelat. Belang-belang khas zebra cuma tampak pada bagian depan tubuh dan memudar mulai dari bagian tengah. Bagian belakang tubuhnya nyaris tak berbelang dan hanya menampakkan warna cokelat tubuhnya. 

Quagga memiliki ukuran tubuh menyerupai zebra pada umumnya. Mengutip laman Animalia, mereka berbobot 250--300 kilogram. Tinggi tubuhnya 125--135 sentimeter dan panjang lebih dari 2 meter.

Quagga merupakan hewan asli Afrika Selatan. Mereka tinggal di kawasan Karoo (wilayah alami semigurun) dan bagian selatan dari Afrika Selatan. Mereka suka mendiami habitat berupa padang rumput beriklim sedang dan padang rumput gersang. Kadang-kadang, mereka juga mendiami wilayah padang rumput yang lebih basah.

Zebra Burchell (E. burchellii) merupakan salah satu subspesies zebra dataran. Zebra jenis ini punya banyak kemiripan dengan quagga dibandingkan dengan jenis lainnya. Menurut laman Animals Network, struktur tengkorak keduanya hampir sulit dibedakan. Ini mengindikasikan kalau keduanya berkerabat sangat dekat. 

Selain itu, garis-garis pada tubuh zebra Burchell tidak semuanya berwarna hitam putih. Beberapa darinya tampak kecokelatan. Menurut Animal Diversity Web, zebra Burchell yang tinggal di bagian selatan memiliki belang lebih sedikit dan menghilang pada bagian belakang tubuh, kaki, dan perut. Garis-garisnya pun cenderung berwarna kecokelatan. 

Quagga harus menghadapi kepunahan pada akhir abad ke-19 lalu. Para pendatang yang bermukim di Afrika Selatan kerap memburu quagga untuk diambil daging dan kulitnya. Selain itu, quagga juga harus terdesak oleh keberadaan hewan ternak sehingga sulit mendapatkan makanan. 

Akhirnya, kepunahan quagga di alam liar diperkirakan terjadi sekitar tahun 1870-an, saat seekor quagga terakhir terbunuh di alam liar. Adapun, saat satu-satunya quagga yang dipelihara di kebun binatang Amsterdam mati pada 12 Agustus 1883, dunia tidak tahu kalau ia adalah spesies quagga terakhir yang ada di bumi.

Quagga Project merupakan sebuah program ilmiah untuk “membangkitkan” kembali quagga dan mengenalkannya ke habitat asli. Proyek ini dilakukan melalui pembiakan selektif sebuah populasi zebra dataran untuk secara spesifik menciptakan pola garis-garis yang menjadi ciri khas quagga, ungkap laman Thoughtco.

Jadi, bukan tidak mungkin kita akan bisa menyaksikan sendiri seperti apa penampilan quagga. Meski begitu, proyek ini tentunya tidak benar-benar bisa mengembalikan quagga dari kepunahan. Oleh karena itu, yuk, tingkatkan kesadaran untuk peduli terhadap segala jenis satwa! Jangan sampai hal yang sama terulang kembali!