Fakta Restorasi Meiji, Menuju Jepang yang Lebih Modern

Penyebutan Jepang sebagai Macan Asia dapat ditilik dari sejarahnya. Sebelum menjadi negara besar dan maju seperti saat ini, Jepang pernah mengalami masa isolasi yang menyebabkannya menyingkir dari dunia luar. Restorasi Meiji muncul menjadi babak baru dalam sejarah Jepang, sebuah revolusi bersifat multidimensional pada tahun 1868 yang mengakhiri Keshogunan Tokugawa yang bersifat militer dan mengisolasi Jepang.
Restorasi Meiji merupakan era perubahan besar pada berbagai aspek secara holistik baik politik, ekonomi, dan sosial yang membawa modernisasi dan westernisasi bagi Jepang. Melalui Restorasi Meiji, Jepang yang awalnya menganut sistem feodal dan agraris menjadi negara yang lebih modern dan industrialis.
Sejak saat itu pula, pada awal abad ke-20 Jepang menjadi negara Asia yang patut disejajarkan dengan Inggris, Perancis, Amerika Serikat, Jerman, dan Rusia, yang kemudian mengikuti jejaknya menjadi negara imperialis. Bagaimana Restorasi Meiji mengubah Jepang sedemikian rupa, apa saja faktanya? Simak di sini ya!
1.Lebih dari 200 tahun menutup diri dari dunia luar
Selama 264 tahun (1603-1867) klan Tokugawa berhasil memantapkan kekuasaan keshogunan yang dimulai dari Tokugawa Ieyasu. Mengutip BBC, pada 1633, Jepang di masa pemerintahan Shogun Tokugawa Iemitsu menerapkan sebuah kebijakan yang cukup mencengangkan yakni kebijakan Sakoku atau yang disebut Politik Isolasi. Masyarakat mengandalkan hasil pertanian dalam negeri sehingga kultur agraris berkembang pesat pada masa ini.
Pemberlakuan Sakoku bertujuan untuk mengurangi pengaruh asing di Jepang terutama dari Portugis. Diduga Portugis membawa dampak terhadap berkembangnya agama Kristen Katolik, di beberapa wilayah di Jepang terutama di selatan Jepang, seperti Kota Nagasaki. Berkembangnya agama Kristen Katolik membuat beberapa pengikut agama Kristen terlibat pemberontakan Shimabara, dipimpin oleh Shiro Amakusa pada 1638 yang dibantu Portugis.
Penyebaran agama Kristen Katolik kemudian dianggap oleh pemerintahan Tokugawa sebagai ancaman terhadap budaya dan stabilitas politik Jepang maupun kekuasaan mereka. Untuk menjaga dari pengaruh luar, mereka juga bekerja untuk menutup masyarakat Jepang dari pengaruh kebarat-baratan.