Jika kamu lihat di film-film kolosal garapan Hollywood, pastinya kamu tak asing lagi dengan Pegasus, seekor kuda bersayap yang bisa terbang. Menurut laman sejarah Ancient, Pegasus atau Pegasos muncul akibat hubungan terlarang antara Dewa Laut Poseidon dengan Medusa. Konon, kecantikan Medusa kala itu tidak ada yang menandingi sehingga membuat banyak dewa jatuh hati.
Nah, singkat cerita, hubungan terlarang keduanya berhasil diketahui oleh Dewi Athena yang membuatnya marah dan akhirnya mengutuk Medusa menjadi makhluk buruk rupa. Hasil dari hubungan terlarang tersebut adalah sosok kuda jantan bersayap yang dinamakan Pegasus. Tapi, Pegasus tidak dilahirkan secara harfiah, melainkan muncul dari darah Medusa yang saat itu tercampur dengan air laut - konon air laut adalah tubuh dari Poseidon.
Bagaimana sains memandang Pegasus sebagai organisme biologis? Faktanya, satu-satunya mamalia terbang hanyalah kelelawar. Garis evolusi dalam rentang ribuan hingga jutaan tahun rupanya tidak "mengizinkan" kelahiran mamalia sebesar kuda dengan sepasang sayap. Kuda sendiri merupakan mamalia yang masuk ke dalam genus Equus, termasuk di dalamnya zebra dan keledai yang tentunya tidak bersayap.
Sedangkan, kelelawar masuk dalam genus Chiroptera, yakni satu-satunya mamalia yang bisa terbang. Menurut laman sains yang dicatat dalam University of California Berkeley, kelelawar merupakan evolusi dari nenek moyang yang kemungkinan besar sama dengan lemur purba. Kelelawar purba merupakan mamalia berekor yang mengembangkan kemampuan terbang karena memiliki jaringan selaput luncur layaknya lemur terbang.
Tapi berbeda dengan lemur yang hanya bisa berseluncur di udara. Leluhur kelelawar dapat mengembangkan selaput luncurnya menjadi sayap yang memecah aliran udara sehingga menimbulkan gaya angkat. Nah, tentu hal ini tidak bisa dilakukan oleh spesies kuda. Dengan bobot yang masif, sepasang sayap pada kuda akan patah jika digunakan untuk menanggung beban di udara.