7 Fakta dan Sejarah Bom Bunuh Diri, Fatalnya Pemikiran Keliru

Terorisme memiliki berbagai jenis wajah, namun satu tujuan: untuk menyebarkan ketakutan demi mencapai agenda tertentu. Berbagai metode dilakukan kelompok-kelompok teroris tertentu untuk "menyampaikan" pesan mereka. Salah satunya adalah bom bunuh diri.
Dalam beberapa dekade terakhir, bom bunuh diri semakin naik daun dalam beberapa kasus dan percobaan terorisme. Bukan hal baru, inilah beberapa fakta dan sejarah penting mengenai bom bunuh diri dan pengaruhnya dalam terorisme modern.
1. Definisi "Bom bunuh diri"
Melansir Britannica, bom bunuh diri diartikan sebagai "tindakan saat seseorang membawa dan meledakkan bahan peledak untuk menimbulkan kerusakan besar, sementara membunuh dirinya sendiri dalam prosesnya".
Karena digerakkan manusia, dapat menghindari keamanan, dan menyasar target tertentu, bom bunuh diri juga dijuluki "bom pintar". Namun, karena sang pengebom juga ikut wafat dalam prosesnya, maka frasa "bunuh diri" pun disematkan.
Definisi ini semakin diperdalam sebuah studi ilmu politik di AS pada 2015, "The Rise and Spread of Suicide Bombing" yang diterbitkan oleh Annual Reviews. Biasanya, bom bunuh diri baru "sah" jika nyawa sang pengebom ikut melayang. Ada beberapa kasus di mana pengebom tetap hidup, namun kemungkinannya sangat kecil!
Motif bom bunuh diri pun beragam, namun didominasi oleh unsur politik. Secara membabi-buta, bom bunuh diri biasanya merenggut nyawa masyarakat sipil, aparat, dan figur publik yang tak sebelumnya menaruh curiga, serta nyawa sang pengebom yang "diserahkan" secara sukarela.