Saat Republik Rakyat Tiongkok (RRT) berdiri pada 1949, feng shui dianggap sebagai praktik takhayul dan kejahatan sosial yang membodohi rakyat, sehingga dilarang. Meskipun begitu, feng shui tetap populer di tetangga Tiongkok seperti Hong Kong dan Taiwan, di mana kebudayaan leluhur tetap dilestarikan.
Saat Revolusi Kebudayaan (1966-1976), feng shui dikelompokkan sebagai "Empat Tradisi Tua" yang harus dihapuskan. Hal tersebut menyebabkan persekusi praktisi feng shui besar-besaran dan buku-buku feng shui dibakar.
Karena Revolusi Kebudayaan tersebut, kurang dari sepertiga penduduk Tiongkok masa kini tidak percaya pada feng shui, terutama kaum muda yang hidup di kota.
Setelah wafatnya Mao Zedong pada 1976 yang sekaligus mengakhiri Revolusi tersebut, feng shui diperlonggar hingga saat ini. Tetapi, feng shui tetap dicekal jika digunakan secara komersial untuk iklan dan konsultasi bisnis, untuk mencegah penipuan.
Pemerintah Tiongkok pun juga mengecam praktik feng shui dengan alasan mempromosikan takhayul zaman dulu. Pada 2006, pemerintah Qingdao menutup galeri seni yang ternyata adalah kantor feng shui. Bahkan, beberapa pejabat Tiongkok yang pernah berkonsultasi feng shui pun dikeluarkan dari partai!
Untungnya, setelah reformasi ekonomi Tiongkok, praktik feng shui pun menjamur, dan penelitian mengenai feng shui pun diperbolehkan, dari sejarah, teori, hingga desain bangunan sejarah berdasarkan ilmu feng shui.
Kesimpulan akhir, feng Shui membuatmu hidup berdamai dengan alam semesta. Feng shui yang tepat akan membuatmu merasa sejahtera di rumah atau tempat usaha. Bukan hanya arsitektur, feng shui juga berbicara pengaturan warna hingga bahan bangunanmu, lho!
Itulah fakta-fakta sejarah soal feng shui, dari menjadi ilmu kebanggaan Tiongkok, jadi ilmu yang dicekal di negeri kelahirannya. Meskipun energi bisa dirasakan, feng shui membuat tata letak bangunan jadi lebih optimal, sehingga kualitas hidupmu ikut bertambah. Kalau tidak percaya, boleh dicoba!