Ilustrasi Sepia apama yang pandai berkamuflase menyerupai lingkungan sekitarnya (commons.m.wikimedia.org/Peter Southwood)
Dalam hal mendapatkan makanan maupun berkomunikasi hingga menarik perhatian lawan jenis, S. apama mampu berkamuflase. Keunikan ini terlihat pada tampilan warna dan corak hingga bentuk tubuhnya dapat berubah-ubah. Dimana dia mendapatkan mangsa maka akan mengubah tampilannya sesuai lingkungannya. Tampilan tersebut dipengaruhi oleh sel kecil berpigmen. Yang mana, dapat merubah warna dan memantulkan cahaya yang disebut kromatofor, iridofor dan lecuofor seperti yang terdapat pada kebanyakan Cephalopoda. Lalu seperti apa kromatofor, iridofor dan lecuofor tersebut?
Dilansir dalam website Octonation.com oleh Klein (2024), kromatofor merupakan suatu kantong berisi pigmen, dikendalikan oleh otot-otot kecil yang bisa kontraksi dan rileks. Ketika sedang berkontraksi kantungnya akan melebar sehingga warna terlihat dibanding saat rileks. Kromatofor menghasilkan warna oranye, merah, kuning, cokelat dan hitam. Sel-sel kecil ini dihubungkan oleh saraf sehingga dapat berubah dalam hitungan detik. Lalu, Iridofor terletak dibawah kulit kromatofor dan memantulkan cahaya pada panjang gelombang beda. Maka menghasilkan warna seperti hijau, biru, perak dan merah muda. Sedangkan lecuofor juga merupakan sel yang memantulkan cahaya. Namun, cahayanya terhamburkan sehingga tampak putih. Maka pada kulit S. apama tampak berlatar kosong, yang mampu meningkatkan intensitas kromatofornya.
Lalu, dari semua sel-sel tersebut akan membantu S. apama ketika bertemu predator. Mereka dapat merubah diri bahkan menyerupai pasir, bebatuan hingga rumput laut dalam waktu yang cepat, sehingga menyulitkan predator. Wah, terlihat cerdik dalam mengelabui musuh ya. Selain itu, mereka juga akan menggunakan tampilan warna yang mencolok untuk berkomunikasi dengan sesama terutama saat musim kawin tiba.