Gigit Ekor Sendiri, 5 Fakta Sindrom Hyperesthesia Kucing

Kucing adalah hewan yang menggemaskan. Baik kucing peliharaan atau kucing jalanan, tingkahnya dan suara meong-nya yang menggemaskan sukses menarik hati siapa pun yang melihatnya. Dari segelintir tingkahnya yang konyol, pernahkah kamu lihat si Manis menyerang ekornya sendiri seperti ini:
Terlihat lucu dan menggelikan? Faktanya, kucing yang terlihat menyerang ekornya sendiri perlu ditangani. Kemungkinan besar, mereka mengidap sindrom hyperesthesia. Apa itu? Yuk, kenali fakta-fakta sindrom hyperesthesia pada kucing, agar si Mpus tidak self-harm lagi!
1. Apa itu hyperesthesia pada kucing?
Sesuai namanya, hyperesthesia berarti "terlalu peka pada rangsangan". Saat kucing menderita hyperesthesia, mereka jadi terlalu peka pada rangsangan, terutama di bagian punggung bawah ke ekor dan tulang belakang. Jika disentuh, otot kucing akan berkontraksi dan kulitnya pun bak "tergulung" atau berkedut.
Kondisi ini juga disebut "rolling skin", neurodermatitis, neuritis, epilepsi psikomotorik, dan dermatitis pruritus. Karena banyaknya label yang diberikan untuk gangguan hyperesthesia, bisa disimpulkan bahwa kondisi ini memiliki lebih dari satu penyebab.
Hyperesthesia adalah kondisi yang langka. Malah, hyperesthesia sering kali adalah diagnosis eksklusi, setelah membandingkan temuan di sisi dermatologi, neurologi, dan perilaku. Jika kondisi dermatologi dan neurologi dikesampingkan, hyperesthesia dapat dikategorikan sebagai gangguan perilaku.