ilustrasi dari struktur galaksi di alam semesta (pexels.com/Pixabay)
Apa, sih, yang dimaksud Teori Segala Sesuatu itu? Well, nyatanya, tidak semua ilmuwan di dunia bisa menjabarkan gagasan ini secara detail dan menyeluruh. Namun, jika dipelajari lebih lanjut, Hawking memang menyampaikan bahwa teori ini bisa menggantikan hipotesis lama yang selama ini masih diselimuti banyak pertanyaan.
Laman Space menjelaskan bahwa Teori Segala Sesuatu atau Theory of Everything merujuk pada kerangka kompleks yang dapat menjelaskan semua fenomena fisik di alam semesta. Nah, jika Einstein berkutat pada relativitas, gravitasi, dan pelengkungan ruang-waktu, Hawking ingin menjabarkannya ke tingkat level yang lebih masif. Dengan kata lain, kehadiran Teori Segala Sesuatu dianggap final dan mampu menjawab semua pertanyaan sains.
Dalam bukunya berjudul "A Brief History of Time" (1988), Stephen Hawking telah menyatakan banyak hipotesis yang akhirnya bakal ia tuangkan ke dalam Teori Segala Sesuatu. Namun, secara tidak langsung, Hawking justru berpikir bahwa teori tersebut terlalu berat untuk dijabarkan akibat tidak lengkapnya deskripsi manusia tentang realitas.