ilustrasi kehancuran karena burung emu (commons.wikimedia.org/Pickering Brook Heritage)
'Kekalahan perang melawan burung' mungkin menjadi sesuatu yang mengundang tawa apabila kita tidak mengetahui konteks penuhnya. Meskipun begitu, latar belakang terjadinya perang ini bersifat serius.
Artikel jurnal berjudul 'Feathered foes: Soldier settlers and Western Australia's Emu War of 1932' yang ditulis oleh Murray Johnson menjelaskan bahwa kampanye 'Grow More Wheat' diluncurkan Perdana Menteri Australia ke-9 James Scullin untuk menghadapi dampak Depresi Besar (The Great Depression). Kampanye ini disambut petani dengan semangat dan tindakan langsung. Akan tetapi, janji pemerintah federal untuk membayar mahal per gantang gandum tidak ditepati.
Harga gandum makin turun dan pada tahun 1932, migrasi lebih dari 20 ribu burung emu menjadi ancaman tambahan bagi petani Australia Barat. Mengutip History of Yesterday, burung-burung ini menggunakan kakinya yang kuat untuk menghancurkan pagar yang mengelilingi lahan pertanian. Mereka menginjak dan memakan gandum, serta 'membuka' jalan masuk bagi kelinci yang juga merupakan hama.
Jumlah petani Australia Barat yang dulunya merupakan veteran Perang Dunia I tidak sedikit. Belajar dari pengalaman perang, mereka menilai bahwa penggunaan senapan mesin (machine gun) menjadi satu-satunya cara untuk melawan puluhan ribu burung ini. Oleh karena itu, mereka meminta pertolongan Menteri Pertahanan Australia saat itu, Sir George Pearce. Ia setuju, dengan catatan bahwa perang ini dilakukan oleh tentara, bukan petani.