Lukisan Elizabeth Schuyler Hamilton oleh Ralph Earl sekitar tahun 1787. (commons.wikimedia.org/Museum of the City of New York)
Alexander Hamilton mungkin pernah menjadi menteri keuangan, tetapi setelah ia meninggal, keluarganya terjerat hutang yang signifikan. Musuh politik Hamilton menyebarkan isu bahwa Hamilton menggunakan jabatannya untuk memperkaya diri, tetapi yang terjadi justru sebaliknya.
Alexander Hamilton menolak pensiun ketentaranya untuk dinas militernya. Dia bisa saja menghasilkan lebih banyak uang sebagai pengacara daripada menjadi sekretaris perbendaharaan. Hamilton justru sangat menentang korupsi.
Menurut Arsip Nasional AS, istrinya, Elizabeth Hamilton mengajukan petisi kepada Kongres untuk pensiun militer yang semula ditolak Alexander Hamilton. Pada tahun 1816, Kongres meloloskan undang-undang yang akhirnya memberinya dana lima tahun.
Elizabeth Hamilton hidup sampai usia 97 tahun dan mengabdikan sisa hidupnya untuk melestarikan warisan suaminya. Dia mendirikan Hamilton Free School, yang menyediakan pendidikan bagi anak-anak yang tidak mampu bersekolah, dan panti asuhan swasta pertama di kota itu, Orphan Asylum Society, yang menyediakan rumah bagi ratusan anak-anak terlantar.
Elizabeth mengaitkan organisasi-organisasi ini dengan masa lalu suaminya sebagai yatim piatu yang sukses di Amerika berkat bantuan para dermawan yang murah hati.
Tidak dipungkiri, berkat kerja keras, kedisiplinan, dan semangat untuk terus belajar, Alexander Hamilton mampu menjadi Founding Fathers yang tak diragukan lagi dalam sejarah Amerika Serikat, meskipun karier politiknya diwarnai kontroversi. Namun, semangatnya mungkin dapat menginspirasi kita semua, ya!