Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Potret gunung Marapi
Potret gunung Marapi (commons.wikimedia.org/Dody.bukittinggi)

Intinya sih...

  • Gunung Marapi adalah salah satu gunung api paling aktif di Pulau Sumatra

  • Berbeda dari Gunung Merapi di Jawa Tengah, Gunung Marapi memiliki letusan tipe vulkanian

  • Terletak di antara Kabupaten Agam dan Tanah Datar, dengan ketinggian 2.891 meter di atas permukaan laut

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Gunung Marapi di Sumatera Barat dikenal sebagai salah satu gunung berapi paling aktif di Indonesia. Berdiri megah di antara Kabupaten Agam dan Tanah Datar, gunung ini menawarkan panorama yang memukau dengan hamparan hijau, udara sejuk, serta pemandangan alam yang menenangkan. Tak heran jika Marapi menjadi destinasi favorit para pendaki dan pecinta alam yang ingin menikmati keindahan Sumatera Barat dari ketinggian. Namun, di balik keindahannya yang memesona, Marapi juga menyimpan potensi bahaya besar yang tidak bisa diremehkan.

Sebagai gunung berapi aktif, Marapi kerap mengalami erupsi kecil hingga sedang yang bisa terjadi kapan saja, tanpa adanya peringatan panjang. Seperti musibah yang terjadi pada akhir tahun 2023 lalu, di mana terdapat sejumlah pendaki yang terjebak di puncak gunung hingga beberapa kehilangan nyawa, akibat dari semburan awan panas gunung Marapi. Hingga saat ini, Gunung Marapi masih ditutup untuk pendakian dan warga sekitar lokasi juga diberikan peringatan untuk mendekat dengan radius tertentu. Pesonanya yang indah berpadu dengan ancaman alam menjadikan Marapi simbol keseimbangan antara kekaguman dan kewaspadaan di Tanah Minang.

1. Salah satu gunung api paling aktif di Pulau Sumatra

Potret kawah Marapi dari jarak dekat (commons.wikimedia.org/Rudi.yuliandrii)

Gunung Marapi dikenal sebagai salah satu gunung paling aktif di Pulau Sumatra. Hal ini dilihat dari aktivitas erupsinya yang sering terjadi dan terekam dalam catatan vulkanologi sejak abad ke-18. Jenis semburan yang sering terjadi adalah freatik yaitu semburan uap dan abu tanpa lava. Berdasarkan catatan dari BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana), gunung api ini dulu pernah erupsi pada 8 September 1830, gunung ini mengeluarkan awan yang berbentuk kol ketebalan 1.500 m di atas kawah. Salah satu letusan yang terbesar terjadi pada 1979, berdasarkan laporan pers tercatat 60 orang meninggal dunia akibat letusan dan tanah longsor. Kemudian memasuki dekade 2000-an, Gunung Marapi juga masih aktif dengan peningkatan aktivitasnya hingga sekarang.

2. Berbeda dari Gunung Merapi di Jawa Tengah

Potret keindahan sunset dari cadas Marapi (commons.wikimedia.org/Andriananurul6)

Banyak sekali orang yang menyamakan ataupun keliru terkait Gunung Marapi di Sumatera Barat dengan Gunung Merapi di Jawa Tengah. Meski keduanya memiliki arti nama yang sama dan perbedaan dari segi bahasa, dua gunung aktif ini paling sering terjadi erupsi. Padahal keduanya adalah gunung yang berbeda, baik secara lokasi maupun karakteristik erupsinya. Gunung Merapi termasuk tipe gunung stratovolcano aktif, letusannya bersifat efusif hingga eksplosif, menghasilkan awan panas guguran dan aliran lava. Sedangkan Gunung Marapi, termasuk tipe stratovolcano aktif dengan tipe letusan tipe vulkanian yaitu letusan eksplosif dengan lontaran material padat.

3. Terletak di antara Kabupaten Agam dan Tanah Datar

Potret gunung Marapi dari jauh (commons.wikimedia.org/Adhmi)

Secara geografis, Gunung Marapi berdiri di perbatasan dua kabupaten besar di Sumatera Barat yaitu Agam dan Tanah Datar. Lokasinya sangat strategis yang membuat pemandangan dari puncak gunung begitu menawan, menampilkan hamparan hijau dan kabut khas pegunungan Sumatera Barat. Marapi juga menjadi salah satu landmark penting di wilayah tengah Sumatera Barat, karena posisinya yang strategis di antara beberapa kota besar seperti Bukittinggi, Padang Panjang, dan Batu Sangkar.

4. Memiliki ketinggian sekitar 2.891 meter di atas permukaan laut

Potret edelweis puncak gunung Marapi (commons.wikimedia.org/Wahyudi Muharman)

Gunung ini berdiri megah dengan ketinggian 2.891 meter di atas permukaan laut (mdpl). Dengan ketinggian tersebut, Gunung Marapi menjadi salah satu gunung tertinggi di Sumatera Barat. Jalur pendakiannya cukup populer di kalangan pencinta alam karena medannya menantang tapi menawarkan panorama yang indah. Selain menjadi objek wisata alam, juga menjadi objek kajian penelitian vulkanologi. Meskipun aktivitas vulkaniknya masih terbilang tinggi, pesona alam dan nilai budaya yang mengelilingi Gunung Marapi, menjadikannya salah satu simbol keindahan sekaligus kewaspadaan bagi masyarakat Minangkabau.

 

 

5. Punya kawah luas dengan aktivitas asap yang terus muncul

Potret kawah puncak Marapi (commons.wikimedia.org/Anonymous)

Kawah di puncak Gunung Marapi selalu jadi pemandangan yang menarik sekaligus menegangkan. Dari kejauhan, kita bisa melihat asap putih yang terus mengepul dari kawah utama, menandakan aktivitas vulkanik yang masih berlangsung hingga kini. Bau belerang yang menyengat juga kerap tercium di sekitar puncak, menjadi pengingat bahwa gunung ini bukan hanya destinasi alam, tapi juga salah satu gunung paling aktif di luar Jawa.

Fenomena keluarnya asap dan gas belerang ini menunjukkan bahwa Gunung Marapi masih sangat hidup secara geologis. Aktivitas tersebut jadi alarm alami bagi warga sekitar untuk tetap waspada terhadap potensi letusan. Jalur pendakian resmi ditutup sejak kejadian letusan pada akhir tahun 2023 lalu, yang menewaskan beberapa pendaki yang terjebak di puncak gunung. Untuk waktu dibuka kembali seperti semula, masih menunggu instruksi langsung dari BKSDA dan aparat terkait. Meski begitu, daya tariknya tak pernah surut, banyak peneliti dan pencinta alam yang juga terus memantau perkembangan Gunung Marapi.

Di balik keindahan panorama puncaknya yang menenangkan, gunung ini terus menunjukkan aktivitas vulkanik. Masyarakat sekitar telah terbiasa hidup berdampingan dengan ancaman letusan, tapi tetap menjunjung rasa hormat terhadap alam yang memberi kehidupan sekaligus peringatan. Gunung Marapi pun menjadi simbol keseimbangan antara keindahan dan kewaspadaan, mengingatkan kita bahwa alam yang indah juga memiliki sisi kuat yang perlu dihargai dan dijaga.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team