Di sinilah kontra penelitian di atas muncul. Gosip negatif memang lebih rumit, dan kita gak bisa memprediksi bagaimana gosip membuat hidup seseorang jadi runyam. Saat bergosip, kita tak lagi mengindahkan kaidah-kaidah hidup dan mengutamakan judgment ketimbang bertanya langsung tentang fakta yang terjadi.
Masalahnya, gosip memang seringkali tidak adil bagi korbannya. Kehilangan jabatan, kehilangan pekerjaan, bahkan kehilangan orang yang disayangi, bisa terjadi akibat satu mulut yang menyebarkan rumor yang tak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Sebagai gantinya, reputasimu sebagai seorang penggosip juga akan meruntuhkan image-mu sendiri. Orang-orang akan merasa was-was berada di sekitarmu, karena mereka khawatir akan menjadi korban gosip, sama seperti ketika kamu menggosipkan orang lain dengan mereka. Akibatnya kamu akan kehilangan kepercayaan dan kamu gak benar-benar diinginkan berada dalam sebuah tim atau kelompok yang punya hubungan serius dan mendalam.
Seperti kata Dr. Howard Forman, "the gossiper is never someone you want to be."
Hmm, ada gosip positif, ada gosip negatif. Meski penelitian pertama mengatakan gosip baik untuk kesehatan mentalmu, tetapi semuanya kembali lagi pada dirimu sendiri ya.