Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
kelabang (commons.wikimedia.org/Alexis Tinker-Tsavalas)
kelabang (commons.wikimedia.org/Alexis Tinker-Tsavalas)

Intinya sih...

  • Ular seperti welang, kobra, dan sanca sering berkeliaran di rawa dengan berbagai tingkat bahaya dan bisa muncul di mana saja.

  • Buaya suka beraktivitas di rawa yang berair tenang dan sering menyerang manusia dengan gigitan yang kuat.

  • Kucing besar seperti harimau, macan tutul, dan jaguar juga hidup di rawa dekat hutan, memiliki gigitan yang merobek kulit manusia.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Rawa merupakan area yang sangat unik. Pasalnya, rawa merupakan tempat yang basah, namun tetap rimbun, ditumbuhi pepohonan, dan memiliki vegetasi yang rapat. Nah, keadaan tersebut membuat area rawa sangat asri dan ideal sebagai habitat berbagai hewan. Tak cuma itu, terkadang rawa juga didatangi oleh manusia, entah itu untuk memancing, berburu, atau mencari tanaman yang bisa dimakan.

Jika kamu sering pergi ke rawa, maka kamu harus berhati-hati. Pasalnya, banyak hewan berbahaya yang hidup di tempat tersebut. Mereka juga mengintai di berbagai sudut, mulai dari pepohonan, di dalam air, di dalam lubang, hingga di semak-semak. Nah, apa kamu sudah tahu hewan berbahaya apa saja yang berkeliaran di rawa? Jika belum, maka simak pembahasan berikut.

1. Ular

ular (commons.wikimedia.org/Chen Z-N, Shi S-C, Vogel G, Ding L, Shi J-S)

Dilansir Ecologyasia, beberapa jenis ular seperti ular welang, ular kobra, dan ular sanca bisa kamu temukan di rawa. Tiap spesies ular memiliki tingkat bahaya yang berbeda, seperti bisa kuat yang mampu membunuh dalam sekejap, lilitan kuat yang bisa menghentikan nafas, hingga gigitan menyakitkan yang bisa merobek kulit. Ular juga bisa hadir dimanapun, entah itu di semak-semak, pepohonan, hingga di air.

Biasanya, ular menjadi momok yang paling mengerikan bagi para pemancing dan pemburu. Pasalnya, reptil ini pandai berkamuflase, bisa bersembunyi dengan baik, dan gerakannya tak bisa diprediksi. Tak jarang, ular juga tak sengaja memakan umpan para pemacing. Untuk menghindari serangan ular, kamu harus memakai sepatu bot yang tinggi, baju lengan panjang, dan jangan ganggu kehidupan ular.

2. Buaya

buaya (commons.wikimedia.org/Giles Laurent)

Seperti yang kita tahu, buaya merupakan reptil semi akuatik yang hidup di dua alam. Karena hal tersebut, rawa yang lembap dan dikelilingi perairan menjadi salah satu habitat utamanya. Buaya kerap terlihat berjemur di pinggir rawa, memanjat bebatuan atau pohon yang dekat dengan air, atau berenang di permukaan rawa. Secara spesifik, buaya sangat suka beraktivitas di rawa yang berair tenang.

Dilansir Britannica, reptil terbesar di dunia ini sering menyerang manusia. Entah itu pemancing, warga lokal yang sedang mencari kayu, atau manusia yang sedang mencuci semuanya bisa ia serang. Serangan buaya juga gak main-main karena ia bisa menghilangkan nyawa manusia dengan mudah. Pasalnya, hewan tersebut bisa menyergap dengan cepat dan gigitannya sangat kuat.

3. Kucing besar

harimau (commons.wikimedia.org/Srikaanth Sekar)

Mungkin, kamu mengira kalau kucing besar lebih sering terlihat di savana, hutan, padang rumput, atau dataran tinggi. Padahal, hal tersebut tidak sepenuhnya benar, lho. Dilansir berbagai sumber, kucing besar seperti harimau, macan tutul, dan jaguar sering hidup di rawa, khususnya rawa yang dekat dengan hutan. Mereka kerap bertengger di pepohonan atau bersembunyi di semak-semak.

Tak cuma itu, mereka juga merupakan perenang yang sangat andal. Tak lupa, kucing besar juga kuat, ganas, dan gigitannya mampu merobek kulit dan daging manusia. Jadi, jika kamu sudah mendengar auman kucing besar, maka kamu harus pergi dengan perlahan. Pasalnya, kucing besar sangat teritorial dan bisa menjadi agresif. Saat terdesak, mereka tak segan untuk menyerang dan membunuh manusia.

4. Babi hutan

babi hutan (commons.wikimedia.org/Byrdyak)

Laman National Geographic menjelaskan kalau babi hutan bisa hidup di berbagai tipe habitat, salah satunya adalah rawa. Nah, rawa sendiri menyediakan tempat berlindung yang ideal, punya suhu yang pas, dan menyediakan pasokan makanan yang berlimpah bagi babi hutan. Lebih lanjut, babi hutan sering bermain di lumpur rawa, mencari serangga di pinggir perairan, hingga menjaga anak-anaknya di semak-semak.

Sebenarnya, babi hutan tak bisa membunuh manusia. Namun, jika kamu memasuki wilayah kekuasaannya atau mengganggu kehidupannya babi hutan bisa marah besar. Jika sudah marah, babi hutan bisa terprovokasi, mengejar, hingga menyerangmu. Babi hutan juga memiliki tanduk besar di sekitar mulutnya. Nah, tanduk tersebut bisa menimbulkan luka yang dalam jika menusuk kulit.

5. Kelabang

kelabang (commons.wikimedia.org/Katja Schulz)

Dilansir Orkin, kebanyakan spesies kelabang tidak berbahaya bagi manusia. Di banyak kesempatan, gigitan kelabang hanya menyebabkan beberapa gejala, seperti pembengkakan, iritasi, kebas, hingga demam. Walau begitu, kamu gak boleh meremehkan hewan ini karena gigitannya bisa sangat menyakitkan dan demam yang diderita bisa bertahan hingga beberapa hari.

Tak cuma itu, bahkan ada beberapa spesies seperti kelabang raksasa amazon yang sanggup membunuh manusia. Di rawa, biasanya kelabang bisa ditemukan di pepohonan, sela-sela batu, semak-semak, dedaunan kering, atau di dalam lubang. Terkadang, hewan ini juga bisa merambat masuk ke sepatu, tas, bahkan masuk ke sela-sela baju. Oleh sebab itu, kamu gak boleh duduk sembarangan di sekitar rawa.

Di balik suasana rawa yang tenang, rimbun, dan gelap, ternyata rawa juga dihuni oleh banyak hewan yang berbahaya. Sebagai manusia, kita harus waspada, mengenali hewan-hewan tersebut, jangan usik mereka, dan jangan gegabah saat menjumpai mereka. Jika kita salah saat bertindak, maka hewan-hewan tersebut bisa berbalik menyerang dan nyawa kita yang menjadi taruhannya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team