ilustrasi krisis iklim (pexels.com/kostolac)
Selain lautan yang tetap menjadi penyerap karbon terbesar di Bumi (menyerap 90 persen panas dari bahan bakar fosil) ada kekhawatiran bahwa tekanan besar ini telah mengurangi efisiensi daya serap lautan.
Namun, para ilmuwan mengakui bahwa proses peredaran karbon melalui laut dan daratan masih penuh misteri, berbeda dengan emisi manusia yang relatif mudah diukur.
Model iklim menunjukkan penurunan daya serap karbon oleh laut dan daratan di masa depan, tetapi ada ketidakpastian tentang seberapa cepat ini akan terjadi. Tantangan lainnya adalah banyaknya kejadian alam ekstrem yang belum tercakup dalam model iklim.
Penurunan kapasitas alam dalam menyerap karbon mengingatkan kita pada pentingnya langkah nyata untuk mengurangi emisi gas rumah kaca secara drastis. Bergantung pada hutan, tanah, dan lautan sebagai penyerap karbon jangka panjang tidak lagi menjadi solusi yang memadai.
Referensi
Ke, Piyu, Philippe Ciais, Stephen Sitch, Wei Li, Ana Bastos, Zhu Liu, Yidi Xu, et al. “Low Latency Carbon Budget Analysis Reveals a Large Decline of the Land Carbon Sink in 2023.” National Science Review, October 22, 2024.
Flores, Hauke, Gaëlle Veyssière, Giulia Castellani, Jeremy Wilkinson, Mario Hoppmann, Michael Karcher, Lovro Valcic, et al. “Sea-Ice Decline Could Keep Zooplankton Deeper for Longer.” Nature Climate Change 13, no. 10 (August 28, 2023).
EcoWatch. Diakses pada November 2024. Earth’s Land and Trees Absorbed Almost No Net Carbon in 2023.