Ikan Belida Lopis Jawa yang Berstatus Punah, Kini Ditemukan Lagi

Ikan Belida Lopis Jawa (Chitala lopis) merupakan salah satu jenis ikan asli di Indonesia yang termasuk genus Chitala dalam Famili Notopteridae. Berdasarkan data yang dilansir dari IUCN (International Union for Conservation of Nature) pada awal tahun 2021 menyatakan bahwa C. lopis dinyatakan berstatus punah (Extinct/EX). Kabar terbaru dari Siaran Pers, BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional), No: 92/SP/HM/BKPUK/XII/2023 menyatakan bahwa kembali ditemukannya C. lopis di Pulau Jawa. Mari simak informasi lengkapnya dibawah ini!
1. Mengulik status Ikan Belida Lopis Jawa yang sempat dinyatakan punah
Berdasarkan International Journal of Ecophysiology dengan Volume 04, Nomor 02, Tahun 2022, oleh Syafruddin Ilyas et al. (2022), dinyatakan bahwa populasi kelompok Ikan Belida selama berabad-abad selaIu mengalami penurunan, termasuk Belida Lopis Jawa (Chitala lopis). Hal ini disebabkan adanya degradasi lingkungan secara terus menerus, penangkapan ikan yang berlebihan dan tidak adanya pelestarian berkelanjutan. Upaya budidaya jenis Ikan Belida juga tergolong sulit dilakukan karena kelompok ikan tersebut termasuk predator puncak di ekosistem ikan air tawar yang memerlukan banyak ikan kecil dan udang sebagai pakannya. Dilansir dari IUCN, penelitian yang dilakukan Dr. Heok Hee Ng (2020), C. lopis sudah tidak ditemukan lagi di perairan air tawar Pulau Jawa sejak spesimennya dikoleksi oleh Pieter Bleeker tahun 1851.
Spesies dari genus Chitala yaitu Chitala hypselonotus dan C. borneensis termasuk dalam status Least Concern atau berisiko rendah dari kepunahan, kecuali Chitala lopis yang dianggap punah. Namun, penelitian tentang C. lopis yang dianggap punah masih belum jelas, karena beberapa artikel mengklaim masih menemukan spesies tersebut. Setiap spesies Chitala juga sangat mirip secara morfologi, sehingga beberapa hasil penemuan masih belum valid jika hanya berdasarkan pengamatan morfologi. Penyamaan karakter C. borneensis dan C. hypselonotus dengan C. lopis oleh Roberts (1992) juga dibantah oleh Kottelat & Widjanarti (2005), karena menunjukkan ketidakkonsistenan asosiasi antara pola warna dan ukuran. Perdebatan ini pula yang menimbulkan keraguan tentang C. borneensis dan C. hypselonotus adalah spesies yang valid atau tidak, serta status kepunahan C. lopis yang belum jelas (Wibowo et al., 2023).