Meskipun devsirme telah mati pada abad ke-17, perbudakan tetap menjadi bagian utama dari sistem Ottoman sampai akhir abad ke-19. Seiring berjalannya waktu, sebagian besar budak datang dari Afrika atau dari Kaukasus. Muslim tidak bisa diperbudak secara legal, tetapi aturan itu diam-diam digeser setiap kali persediaan budak non-Muslim habis.
Dalam buku Race And Slavery In The Middle East, cendekiawan Bernard Lewis berpendapat bahwa perbudakan Ottoman berkembang sebagian besar secara independen dan memiliki sejumlah perbedaan utama dari perbudakan Barat.
Misalnya, agak mudah bagi budak Ottoman untuk mendapatkan kebebasan mereka atau mendapatkan posisi kekuasaan. Para petinggi Ottoman juga mengklaim bahwa mereka kurang rasis, memperlakukan budak kulit putih dan kulit hitam dengan setara. Namun tetap saja kalau perbudakan Ottoman adalah sistem yang sangat brutal.
Jutaan orang meninggal dalam serangan budak atau bekerja sampai mati di ladang. Belum lagi proses pengebirian untuk membuat kasim. Orang-orang Ottoman mengimpor jutaan budak dari Afrika, tetapi sangat sedikit orang keturunan Afrika yang masih hidup di Turki modern saat ini. Tentu saja hal ini menjelaskan semuanya.
Namun secara keseluruhan, Ottoman adalah kekaisaran yang agak toleran. Mereka menyambut orang-orang Yahudi dengan tangan terbuka setelah mereka diusir dari Spanyol. Mereka juga tidak pernah mendiskriminasi rakyatnya. Tetapi ketika Ottoman merasa terancam, mereka bisa berubah menjadi sangat kejam.
Selim I, misalnya, yang sangat terkejut oleh Syiah yang menyangkal otoritasnya sebagai pembela Islam dan menyebutnya sebagai "agen ganda" Persia. Akibatnya, ia membantai setidaknya 40.000 orang Syiah.
Ketika orang-orang Yunani pertama kali mulai meminta kemerdekaan, orang-orang Ottoman menyalahkan semuanya kepada para laskar Albania, dan dengan riang melakukan sejumlah pembantaian yang mengerikan. Ketika Ottoman mulai redup, ia kehilangan banyak toleransinya, sehingga menjadi semakin ganas terhadap kaum minoritasnya.
Pada abad ke-19, pembantaian semakin umum terjadi dan mencapai puncaknya pada tahun 1915, dua tahun sebelum Ottoman runtuh. Dilansir dari laman History, mereka mengatur pembantaian terhadap 75 persen dari populasi Armenia saat itu. Sekitar 1,5 juta orang tewas dalam genosida ini, sebuah kekejaman yang tidak pernah sepenuhnya diakui oleh Turki modern.
Nah, itu tadi 7 rahasia gelap yang tersembunyi di balik Kekaisaran Ottoman. Setiap peradaban pasti memiliki sisi gelapnya, termasuk Kekaisaran Ottoman. Di balik kejayaan dan citranya yang kental akan perjuangan Islam, mereka juga pasti memiliki rahasia-rahasia yang tidak banyak diketahui oleh khalayak umum.