Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi atmosfer (wikimedia.org/NASA Earth Observatory)
ilustrasi atmosfer (wikimedia.org/NASA Earth Observatory)

Gas rumah kaca adalah gas-gas di atmosfer bumi yang berfungsi sebagai penyerap panas matahari yang dipantulkan ke permukaan bumi. Adanya gas ini di atmosfer, menyebabkan suhu di permukaan bumi menjadi lebih hangat. Namun, apabila konsentrasinya terlalu banyak atau berlebihan, gas ini dapat menyebabkan suhu rata-rata bumi meningkat atau yang dikenal dengan sebutan pemanasan global.

Pemanasan global memicu berbagai perubahan iklim yang berdampak pada kenaikan permukaan air laut, perubahan pola cuaca ekstrem, dan gangguan ekosistem. Oleh sebab itu, diperlukan upaya global untuk mengurangi konsentrasi atau emisi gas rumah kaca dan beralih ke energi yang lebih bersih. Kira-kira jenis gas-gas apa saja yang termasuk ke dalam gas rumah kaca serta perlu dikurangi atau dihindari? Yuk, simak artikel di bawah!

1.Karbon dioksida (CO2)

ilustrasi pertambangan batu bara yang berasal dari fosil (Wikimedia Commons/Petar Milošević)

Kamu pasti sudah tidak asing bukan dengan jenis gas yang satu ini? Ya, karbon dioksida (CO2) adalah salah satu jenis gas rumah kaca yang paling banyak dibicarakan dan berkontribusi paling besar terhadap pemanasan global. Gas ini dihasilkan dari berbagai aktivitas manusia, terutama pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam untuk menghasilkan energi.

Dilansir laman Climate.gov, ketika manusia membakar bahan bakar fosil, karbon yang terkunci di dalam bahan bakar tersebut akan dilepaskan ke atmosfer dalam bentuk karbon dioksida. Selain itu, deforestasi juga meningkatkan kadar karbondioksida di atmosfer karena pohon-pohon yang berperan untuk menyerap karbon dioksida saat proses fotosintesis sudah ditebang. Peningkatan konsentrasi gas karbon dioksida di atmosfer, menyebabkan efek rumah kaca semakin kuat, sehingga suhu rata-rata bumi meningkat.

2.Metana (CH4)

ilustrasi peternakan sapi (wikimedia.org/David Martin)

Metana adalah salah satu jenis gas rumah kaca yang sangat poten, artinya gas ini mampu memerangkap panas jauh lebih banyak daripada gas karbon dioksida dalam jangka waktu tertentu. Dilansir laman US EPA, gas metana dapat dihasilkan dari berbagai sumber seperti peternakan, pertanian, dan pembusukan bahan organik di tempat pembuangan sampah.

Aktivitas peternakan merupakan salah satu kontibutor terbesar yang menghasilkan emisi metana, terutama dari proses pencernaan hewan ruminansia seperti sapi dan kambing. Selain itu, aktivitas pertanian seperti penanaman padi di sawah juga menghasilkan gas metana dalam jumlah yang besar.

Metana memiliki daya pemanasan 80 kali lebih besar daripada karbon dioksida selama 20 tahun pertamanya setelah mencapai atmosfer. Oleh sebab itu, meskipun karbon dioksida memiliki efek yang lebih lama, gas metana justru menjadi pemicu dalam pemanasan global jangka pendek.

3.Nitrogen oksida (N2O)

ilustrasi nitrogen (wikimedia.org/Kagirov2001)

Selain karbon dioksida dan metana, terdapat pula gas nitrogen yang merupakan salah satu komponen gas rumah kaca di atmosfer. Dilansir laman UN Environment Programme, gas ini 300 kali lebih kuat dalam menghangkatkan atmosfer daripada karbon dioksida dan dapat tetap aktif di atmosfer selama lebih dari 100 tahun. Walaupun begitu, tidak semua senyawa nitrogen berperan sebagai emisi gas rumah kaca.

Senyawa nitrogen yang berperan sebagai gas rumah kaca yang kuat adalah nitrogen oksida (N2O). Nitrogen oksida dihasilkan dari berbagai aktivitas manusia seperti  penggunaan pupuk nitrogen dalam pertanian, pembakaran bahan bakar fosil, dan proses industri. Konsentrasi gas nitrogen yang tinggi dapat menyebabkan pemanasan global, bahkan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan karbon dioksida. Selain berkontribusi pada pemanasan global, gas nitrogen oksida juga dapat merusak lapisan ozon di atmosfer.

4.Klorofluorokarbon (CFC)

ilustrasi benda sehari-hari yang mengandung CFC (wikimedia.org/Dinkun Chen)

Dilansir laman NOAA Global Monitoring Laboratory, klorofluorokarbon (CFC) merupakan senyawa kimia buatan yang dulu banyak digunakan dalam berbagai produk sehari-hari seperti pendingin ruangan, lemari es, dan aerosol (semprotan). CFC memiliki sifat yang stabil dan tidak mudah terurai di atmosfer bagian bawah.

Namun, ketika CFC mencapai lapisan stratosfer (atmosfer bagian atas), sinar ultraviolet matahari akan memecah molekuk CFC dan melepaskan atom klorin. Atom klorin inilah yang nantinya dapat merusak lapisan ozon yang berfungsi sebagai pelindung bumi dari radiasi sinar matahari yang berbahaya.

CFC memiliki dampak yang buruk bagi lingkungan dan berkontribusi besar pada pemanasan global. Karena dampak buruknya terhadap lingkungan, penggunaan CFC telah dilarang secara internasional melalui Protokol Montreal.

5.Hidrofluorokarbon (HFC)

ilustrasi dampak penggunaan senyawa CFC (unsplash.com/Patrick Hendry)

Hidrofluorokarbon (HFC) adalah senyawa kimia buatan yang dikembangan pada awalnya sebagai pengganti klorofluorokarbon (CFC) setelah diketahui bahwa CFC dapat merusak lapisan ozon. HFC memiliki sifat yang tidak merusak lapisan ozon, sehingga dianggap sebagai alternatif yang lebih ramah lingkungan.

Namun, dilansir laman DNREC, setelah diteliti HFC justru memiliki potensi pemanasan global yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan karbon dioksida. Ketika berada di atmosfer, HFC dapat bertahan dalam waktu yang sangat lama dan merangkap panas dalam jumlah besar, sehingga berkontribusi pada pemanasan global.

Penggunaan HFC secara global terus meningkat, sehingga menjadi perhatian serius bagi para ahli lingkungan. Untuk mengatasi masalah ini, banyak negara telah berupaya untuk menggurangi penggunaan HFC dan mencari aternatif yang lebih ramah lingkungan.

6.Suflur Heksafluorida (SF6)

ilustrasi isolator listrik sulfur heksafluorida (wikimedia.org/Kreuzschnabel)

Dilansir laman US EPA, sulfur heksafluorida (SF6) adalah gas rumah kaca yang sangat kuat dan tahan lama. Gas ini tak berwarna, tak berbau, dan tak mudah terbakar. SF6 sering digunakan dalam industri listrik sebagai isolator karena sifatnya yang sangat baik dalam menghalagi aliran listrik.

Hanya saja, SF6 memiliki potensi pemanasan global yang sangat tinggi, bahkan ribuan kali lebih besar dibandingkan dengan karbon dioksida. Ketika dilepaskan ke atmosfer, SF6 dapat bertahan selama ribuan tahun dan berkontribusi pada pemanasan global secara besar. Oleh sebab itu, pengguanaan SF6 telah diatur secara ketat di banyak negara serta masih diperlukan upaya lebih lanjut untuk mengurangi emisi gas ini pada penggunaan sehari-hari.

Penggunaan jenis gas rumah kaca seperti karbon dioksida, metana, nitrogen oksida, klorofluorokarbon, hidrofluorokarbon, dan sulfur heksafluorida yang berlebihan akan terperangkap di atmosfer dan menyebabkan efek rumah kaca. Efek rumah kaca ini apabila dibiarkan dapat memicu berbagai dampak negatif seperti kenaikan permukaan laut, perubahan pola cuaca yang ekstrem, dan mencairnya es di daerah kutub. Oleh sebab itu, diperlukannya upaya global untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan beralih ke sumber energi yang lebih bersih. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team