ilustrasi menenun (pexels.com/Los Muertos Crew)
Proses pembuatan kain endek dimulai dari pengolahan benang. Pembuatannya, terdiri dari dua benang utama, yakni lungsi dan pakan sebagaimana tenun pada umumnya.
Lungsi atau lusi adalah benang yang dipasang vertikal dan umumnya berwarna polos alias tanpa motif. Adapun pakan merupakan sebutan untuk benang yang dimasukkan secara mendatar dan dipola untuk membentuk motif.
Sebelum digunakan untuk menenun, benang lungsi akan dipintal terlebih dahulu. Prosesnya biasa disebut dengan nama pengkelosan. Setelahnya, benang akan dicelupkan ke warna, baru kemudian melewati proses penganihan atau pengebooman alias merapatkan benang.
Pada tahap tersebut, benang akan disesuaikan dengan kebutuhan kain. Untuk membuat kain sepanjang 1 meter, diperkirakan membutuhkan 16.000-18.000 benang, melansir makalah dari Unikom yang tidak dipublikasi.
Selanjutnya, benang akan melewati proses pencucukan yakni memasukkan benang lungsi pada mata guun dan ke sisir tenun. Setelah proses ini selesai, nantinya benang siap digunakan untuk menenun.
Sama seperti benang lungsi, benang pakan juga melewati tahapan panjang sebelum digunakan. Termasuk pengelosan, pemindangan, pengikatan sesuai desain, pencelupan, hingga pencoletan. Selanjutnya, diberi 'pengobatan' dengan cairan fixanol sebelum akhirnya dimasukkan ke alat pengincir dan digulung dalam palet.
Secara umum, kain endek dibuat menggunakan ATBM alias alat tenun bukan mesin yang digerakkan secara manual. Bentuk mesin ini beragam, tetapi secara fungsi tetap sama. Nah, fungsinya sendiri yakni sebagai tempat memasang benang-benang lungsi, sebelum benang pakan dapat diselipkan di sela-selanya.