Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
potret bayi yang gembira (pixabay.com/DivvyPixel)
potret bayi yang gembira (pixabay.com/DivvyPixel)

Bagi manusia, bahasa merupakan salah satu elemen penting dalam berinteraksi dengan sesama. Lewat cara ini, kita bisa mengomunikasikan segala keinginan, kebutuhan, dan kepentingan dalam bentuk audio maupun visual. Dari miliaran manusia yang hidup di Bumi saat ini, masing-masing individu pasti memiliki bahasa ibu yang merupakan bahasa pertama yang kita pelajari dalam hidup.

Biasanya, bahasa yang menjadi bahasa ibu kita akan disesuaikan dengan dimana kita hidup saat kecil dan lingkungan—terutama orang tua—berinteraksi dengan kita. Bahasa ibu ini sudah kita pahami sejak masih bayi, lho. Nah, sekarang ada pertanyaan menarik terkait masalah ini, yakni sebenarnya sejak usia berapa bayi mulai memahami bahasa?

Lalu, bagaimana cara bayi mengembangkan kemampuan komunikasi ini seiring berjalannya waktu? Apakah orang tua dan lingkungan dapat mempengaruhinya? Yuk, simak pembahasan lengkapnya supaya rasa penasaran kita bisa terjawab tuntas!

1. Awal mula bayi mengenal bahasa dimulai saat usia 6 bulan

Bayi sudah bisa mempelajari suara sejak lahir dan mulai mencoba memahami bahasa pada usia 6 bulan. (pixabay.com/satyawari)

Pemahaman bayi terhadap bahasa tak terjadi dalam satu malam saja. Adanya stimulus secara berkala dari orang tua maupun lingkungan sekitarnya ternyata jadi tahap awal bagi bayi untuk memahami bahasa ibunya. Menariknya, ternyata bayi sudah mulai mencoba memahami dan menyuarakan hal tersebut saat memasuki usia 6 bulan, lho. Pada tahapan ini, bayi akan belajar tentang bagaimana cara berbicara, sekalipun dirinya belum bisa berbicara dengan jelas.

Dalam jurnal The Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS) karya Elika Bergelson dan Daniel Swingley yang berjudul, "At 6—9 Months, Human Infants Know the Meaning of Many Common Nouns", disebutkan kalau bayi mula-mula mengamati sinyal berbicara yang dilakukan orang-orang di sekitarnya. Sinyal ini dapat berupa suara vokal, konsonan, serta kombinasi dari keduanya. Bayi akan terus mengamati jenis komunikasi tersebut, sekalipun dirinya belum mengerti cara menggunakannya. 

Bagaimana cara bayi belajar memahami suara-suara yang dikeluarkan orang tua dan lingkungan sekitar? Rahasianya terdapat pada otak bayi. Dilansir Scientific American, sejak lahir otak bayi sudah bisa menangkap sekitar 800 jenis bunyi fonem yang berbeda. Secara perlahan bayi akan membelajar fonem-fonem yang didengarnya hingga membentuk kata-kata yang dapat ia pahami. 

Seluruh informasi yang diterima otak bayi itu akhirnya mulai diimplementasikan pada usia ke-6 bulan. Pada masa itu, bayi mulai mengeluarkan suara menderu-deru yang sangat jelas terdengar oleh orang di sekitarnya. Misalnya saja, suara "ba-ba-ba", "da-da-da", atau "ma-ma-ma" merupakan bentuk komunikasi pertama bayi sebelum menggunakan bahasa ibunya yang lebih kompleks lagi.

2. Lalu, kapan bayi mulai bisa berbicara dengan bahasa yang jelas?

potret bayi yang sedang mempelajari kata dari buku (pixabay.com/katerinakucherenko)

Setelah memahami dan mencoba berkomunikasi dengan suara-suara deruan, tahap selanjutnya bayi akan belajar untuk menggunakan bahasa yang lebih jelas untuk berkomunikasi dengan orang-orang di sekitarnya. Dilansir Web MD, pada usia 9 bulan bayi biasanya akan mulai mengucapkan satu kata yang paling dia sering dengar, semisal "dadah", "iya", dan "tidak". Kata dengan konsonan yang mudah diingatnya pun akan mengikuti pada rentang usia 12—18 bulan.

Menariknya, pemahaman bayi terhadap bahasa ibu yang diucapkan orang-orang sekitarnya semakin matang pada usia tersebut. Dirinya mulai bisa merespon atas pertanyaan, perintah, atau larangan yang dikomunikasikan orang-orang di sekitarnya. Namun, perlu diingat kalau pertanyaan, perintah, atau larangan yang dapat direspon bayi pada usia tersebut masih berupa kalimat sederhana dan mudah diingat olehnya. Di sini pula kita akan mulai mendengar bayi mengoceh dengan caranya sendiri.

Berdasarkan kesimpulan dari jurnal National Institute of Health karya Amanda L. Woodward dan Karen L. Hoyne yang berjudul "Infants Learning about Words and Sounds in Relation to Objects", cara bayi mempelajari bahasa sebenarnya menjadi lebih sederhana seiring bertambahnya usia. Pada usia 13 bulan, bayi akan mempelajari bahasa berdasarkan suara objek tertentu, kata-kata yang keluar dari orang lain, maupun bunyi-bunyi lain dari objek tertentu. Namun, saat bayi memasuki usia 20 bulan, ia hanya memerlukan nama, panggilan, atau penjelasan kontekstual yang spesifik dari kata atau kalimat yang didengarnya agar bisa menafsirkan hal tersebut menjadi sesuatu yang ia pahami.

Memasuki usia dua tahun, bayi sudah mulai bisa merangkai beberapa kata menjadi kalimat sederhana. Biasanya, kalimat yang diucapkan bayi pada fase ini terdiri atas 2—3 kata yang menunjukkan perasaan ataupun keinginan dari dalam dirinya. Contoh kalimat yang sudah mulai diucapkan bayi pada usia ini adalah "mau minum susu", "dadah mama/papa", dan "ini punyaku".

Barulah saat usianya memasuki 3 tahun, bayi semakin memahami arti dan cara penggunaan bahasa ibu. Dari sini, kosakata yang dikuasainya akan semakin bertambah dengan cepat tiap hari, tentunya berkat segala stimulus yang diterima si bayi dari orang tua dan lingkungannya. Ia juga bisa membahasakan emosi yang sedang dirasakan kepada orang di sekitar dengan lebih jelas. Pada tahapan inilah bayi sudah bisa dibilang menguasai bahasa secara matang dan akan terus berkembang lebih baik lagi setiap harinya.

3. Apa peran orang tua supaya bisa membantu bayi dalam mempelajari bahasa ibunya?

potret ibu dan anak yang sedang bermain (pixabay.com/PublicDomainPictures)

Dari pembahasan di atas, beberapa kali disebutkan kalau ada peran besar dari orang tua dan lingkungan sekitar dalam membentuk pemahaman bayi atas bahasa ibunya. Tentunya ada sejumlah hal yang bisa dilakukan orang tua guna menstimulasi kemampuan bahasa bayinya dengan baik. Agar semakin efektif, stimulus dari orang tua ini perlu disesuaikan berdasarkan tahapan belajar bahasa bagi bayi yang terdiri atas pengucapan, pembentukan kosakata, dan pembentukan kalimat, mengutip jurnal English Journal for Teaching and Learning berjudul "The Beginning of Baby's Ability to Speak: The Language Philosophy Point of View" karya Ahmad Aris Mundir Sutaji dan Suswanto.

Pada tahapan pertama, orang tua bisa mengajak bayi bermain dengan gestur dan suara tanpa adanya gangguan dari suara lain (semisal mainan, televisi, dan lain sebagainya), dilansir National Health Service. Sambil bermain, orang tua juga bisa mengenalkan bayi pada suara-suara dari tubuhnya, semisal tepuk tangan, mengecap, dan lain sebagainya. Kalau dirasa butuh stimulus suara dari hal lain, kenalkan bayi pada bunyi-bunyi yang dekat dengan bayi, semisal suara telepon atau bel pintu.

Untuk tahapan pembentukan kata hingga kalimat, cara yang bisa dimulai adalah mengajak bayi berbicara dengan kata-kata sederhana. Membuat bayi memanggil "mama" atau "papa" bisa menjadi stimulus bagi bayi untuk mengenal ragam kata lainnya yang mudah diingat. Menariknya, National Health Service juga menyebut kalau menirukan ocehan atau tutur kata bayi bisa membantunya mengetahui tentang apa itu komunikasi dua arah.

Jadi itu dia jawaban dari pertanyaan kapan bayi mulai mengerti bahasa. Ternyata, meski belum mengerti dan mengaplikasikan bahasa secara komprehensif pada tahun pertama hidupnya, bayi sudah mulai belajar untuk menguasai bahasa sejak baru lahir. Peran orang tua dan lingkungan pun jadi faktor paling krusial dalam proses pembelajaran bayi terhadap bahasa. Menarik banget, ya, perkembangan dari manusia!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team