Setelah menjatuhkan mangsa, cheetah perlu ekstra hati-hati agar buruannya tidak direbut predator lain. (commons.wikimedia.org/Bernard DUPONT)
Dari penjelasan di atas, terlihat jelas kalau seluruh anatomi tubuh cheetah sudah beradaptasi dengan baik untuk menopang kecepatan lari yang luar biasa. Akan tetapi, tentunya hal tersebut bukan tanpa sejumlah pengorbanan. Salah satu yang paling terlihat adalah soal kekuatan. Kuku dan taring cheetah sangat lemah jika dibandingkan dengan kucing lain. Karena itu, mereka tidak bisa langsung membunuh walau sudah menggigit leher mangsa mereka. Selain itu, stamina saat berlari juga jadi masalah serius bagi cheetah.
Meski mencatatkan kecepatan puncak yang sangat luar biasa, bukan berarti cheetah bisa berlari dalam jarak yang sangat jauh. Dilansir Safari Ventures, setelah satu kali berlari untuk mengejar mangsa saja, cheetah butuh waktu hingga 30 menit untuk beristirahat. Lebih-lebih lagi, jarak lari mereka hanya sekitar 200—450 meter. Artinya, predator ini hanya bisa berlari sekitar 30 detik.
Kalaupun proses perburuan berhasil, cheetah tidak bisa langsung memakan mangsa mereka karena harus beristirahat. Selama waktu tersebut, tak jarang hasil buruan cheetah justru direbut oleh predator lain yang lebih kuat, semisal singa, hiena, dan macan tutul. Oleh karena itu, cheetah perlu menarik mangsa mereka ke tempat aman sebelum istirahat.
Jadi, pada dasarnya, kecepatan yang dimiliki cheetah tidak datang tanpa konsekuensi. Adaptasi menakjubkan dalam hal berlari yang terlihat dari anatomi cheetah nyatanya juga membuat mereka menjadi salah satu predator yang paling lemah di Afrika. Di luar itu semua, tentunya sangat menarik saat melihat cheetah sedang berlari, bukan?