Curah hujan di utara khatulistiwa Afrika biasanya meningkat pada bulan Juli hingga September, seiring dengan dimulainya Muson Afrika Barat. Angin muson membawa udara lembap tropis dari dekat khatulistiwa dan bertemu dengan udara panas dan kering dari bagian utara benua, menciptakan cuaca badai.
Zona Konvergensi Antar Tropis (Intertropical Convergence Zone/ITCZ) adalah pusat dari cuaca badai ini.
Menurut laman Live Science, sejak pertengahan Juli tahun ini, zona ITCZ bergerak lebih jauh ke utara dari yang seharusnya. Hal ini menyebabkan badai yang biasanya tidak terjadi, mengarah ke Gurun Sahara bagian selatan, termasuk Republik Niger, Chad, Sudan, bahkan mencapai Libya.
Data dari Pusat Prediksi Iklim National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) menunjukkan bahwa beberapa wilayah gurun ini mengalami curah hujan yang dua kali hingga enam kali lebih tinggi dari biasanya.
Menurut penelitian terbaru, curah hujan yang lebih ekstrem bisa diperkirakan terjadi di Sahara di masa mendatang. Ini terjadi karena polusi bahan bakar fosil terus memanaskan planet dan mengganggu siklus air.
Referensi
Liu, Wei, Shouwei Li, Chao Li, Maria Rugenstein, and Antony P. Thomas. “Contrasting Fast and Slow Intertropical Convergence Zone Migrations Linked to Delayed Southern Ocean Warming.” Nature Climate Change, June 28, 2024.
Live Science. Diakses pada Oktober 2024. Sahara desert hit by extraordinary rainfall event that could mess with this year's hurricane season.
Earth Observatory NASA. Diakses pada Oktober 2024. A Deluge for the Sahara.
CNN. Diakses pada Oktober 2024. The Sahara Desert flooded for the first time in decades. Here’s what it looks like.