Kenapa Kebakaran Bromo Sulit Dipadamkan? Ini Penjelasannya

Belum kunjung padam, kebakaran Bukit Teletubies yang ada di kawasan Bromo justru meluas. Update terbaru (11/09/23) menyebutkan bahwa kebakaran hutan dan lahan (karhutla) telah mencapai 274 hektare. Bukan hanya itu, dampak yang timbul pun sangat besar, dari kerugian ekonomi hingga rusaknya ekosistem.
Kondisi tersebut lantas menimbulkan pertanyaan, kenapa kebakaran bromo sulit dipadamkan? Apakah karena ada kaitannya dengan cuaca kemarau yang kering? Berikut penjelasan jawabannya.
Kenapa kebakaran Bromo sulit dipadamkan?
Kebakaran di Bromo sudah berlangsung sekitar 1 minggu dan belum ada tanda-tanda api akan padam. Menurut penjelasan Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), ada beberapa alasan yang mendasari kenapa kebakaran di Bromo sulit dipadamkan.
Pertama, karena vegetasi kering akibat wilayah Indonesia yang sedang memasuki kemarau. Curah hujan rendah dan matahari terik membuat tumbuhan dan tanaman jadi kering. Dilansir Earth, kondisi tersebut dapat menjadi bahan yang mematik kebakaran hutan hingga sulit dipadamkan.
Penyebab kenapa kebakaran Bromo sulit dipadamkan yang kedua adalah adanya angin kencang yang terjadi di sekitar kawasan TNBTS. Embusan angin tersebut membuat api terus menyala hingga merambat di kawasan hutan lahan Gunung Bromo.
Pada Minggu (10/9/2023) bahkan beredar video tornado api di kawasan lahan yang terbakar. Tornado api atau yang juga disebut tornado pirogenetik tersebut tampak seperti pusaran api besar dan berjalan.
Neil P. Lareau, profesor dan ilmuwan atmosfer di Universitas Nevada dalam Library of Congress menjelaskan bagaimana proses terjadinya tornado api. Saat asap mengepul dan mengembun di atmosfer bagian atas, asap tersebut membentuk awan berlapis es. Nah, awan ini dikenal sebagai pyro-cumolonimbus atau awan badai api di atas pusaran api.
Awan tersebut meregangkan kolom udara di bawahnya serta memusatkan rotasi di dekat permukaan sehingga menyebabkan kecepatan angin mencapai kekuatan tornado. Kendati demikian, terminologi dari peristiwa ini sebenarnya masih membingungkan. Namun, ahli mengaitkannya dengan kebakaran ekstrem.
Alasan ketiga yakni kondisi lapangan yang sulit dijangkau. Akses menuju titik kebakaran tergolong cukup sulit karena berada di lokasi yang berbukit dan terjal. Gerak personel pun menjadi terbatas, sedangkan kebakaran terus meluas hingga sulit dikendalikan.